BANDUNG, infobdg.com – Upaya penghematan air, terutama saat musim kemarau di Kota Bandung seperti sekarang ini sangat penting untuk mencegah terjadinya kekeringan. Mendukung hal tersebut, Pemkot Bandung resmi memulai gerakan Bandung Memanen Hujan (Rain Water Harvesting).

Gerakan Bandung Memanen Hujan ini cukup unik, di mana yang dipanen bukanlah bahan pangan melainkan air hujan. Gerakan ini bertujuan untuk menampung air hujan ketika musim kemarau, pun untuk mengantisipasi datangnya banjir.

Foto: Humas Pemkot Bandung

Bandung Memanen Hujan diresmikan langsung oleh Wali Kota Bandung, Oded M. Danial, serta Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, pada Rabu (17/7), di Komplek Cijambe Indah, Jalan Vijayakusuma RT 07, Ujungberung, Kota Bandung.

Advertisement

Mang Oded, sapaan akrab Wali Kota Bandung memperkenalkan cara kerja
Bandung Memanen Hujan dengan menggunakan teknik drum pori. Teknik ini mampu menampung dan menyalurkan air hujan ke dalam tanah sehingga air memiliki waktu tinggal yang lebih lama. Dengan masuknya air hujan kedalam tanah, maka akan membantu mengurangi resiko terjadinya luapan banjir. Semakin banyak air yang masuk, meresap kedalam tanah, berarti semakin banyak pula cadangan air.

“Gerakan ini dengan konsep drum pori. Rata-rata drum itu menampung sekitar 200 liter air. Bayangkan kalau warga Bandung rata-rata 50 KK (Kepala Keluarga) per satu RT dikalikan 200 liter. Sekali air turun bakal tertabung di sini (drum pori) untuk dimanfaatkan,” jelas Oded.

Gerakan ini diinstruksikan Oded kepada seluruh ASN agar dapat membuat drum pori di tempat tinggalnya masing-masing.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung, Didi Ruswandi mengatakan bahwa proses pembuatan drum pori ini sangat mudah dan pengerjaan pun relatif murah. Membuat drum pori bisa menggunakan drum bekas aspal.

“Kalau DPU yang bergerak itu sekitar 1500 drum per tahun. Karena drum kita ada segitu. Bisa tambah kalau kita ada sumbangan drum. Kita pun membuat surat kepada ketua TJSL, jika ada CSR silahkan memberikan drum,” imbuh Didi.

Sampai saat ini, penggunaan drum pori untuk menampung air hujan baru dilakukan pada 209 drum karena tidak semua wilayah bisa menerapkannya. Penggagas sumur resapan dengan metode drum pori, Rahim Asyik Budhi Santoso mengungkapkan, drum pori hanya bisa dilakukan di wilayah dataran tinggi. Sementara di daratan rendah seperti wilayah selatan Bandung, penerapan drum pori kurang cocok.

“Seperti daerah Buahbatu ke bawah itu airnya hanya 50 cm di permukaan tanah jadi tidak efektif. Tapi kalau di dataran Utara Bandung, 1 drum bisa menampung 220 liter dalam 10 menit sudah ilang, sehingga efektif penggunaannya,” tandas Rahim.

Previous articleDana SBSN Bantu Pembangunan Gedung Kuliah UIN Sunan Gunung Djati
Next articleAcer Day 2019 Tawarkan Berbagai Keuntungan Bagi User