- Advertisement -

Dalem Kaum Bukan Sekedar Nama Jalan

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Mungkin jika mendengar Dalem Kaum di Bandung, Wargi Bandung pasti akan langsung mengingat pusat perbelanjaan. Tidak salah karena Dalem Kaum merupakan nama jalan dekat alun-alun kota Bandung yang memang menjadi salah satu tempat belanja di Bandung, pakaian, sepatu, kacamata, hingga kaset DVD bisa didapatkan disini. Tapi, ada satu yang mungkin dilupakan banyak orang, di kawasan Dalem Kaum ini pula terdapat makam pendiri kota Bandung, yaitu Raden Adipati Wiranatakusumah II yang dikenal pula dengan nama Dalem Kaum.  

300px-Wiranatakusumah_nganggo_raksukan_Arab

Pada akhir abad ke-18, kekuasan VOC berkahir di Indonesia karena bangkrut, dengan berakhirnya kekuasaan VOC di Indonesia, berakhir pulalah kekuasaan VOC di Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung saat itu dipimpin oleh bupati R.A. Wiranatakusumah II dan beribu kota di Krapyak (sekarang Dayeukolot). Berakhirnya VOC bukan berarti berhenti kekuasaan asing, pada tahun 1808, pemerintah Hidia Belanda datang menggantikan pemerintahan VOC dan menunjuk Heman Willem Daendels sebagai Gubernur Jendralnya. Di Bandung, Daendels memerintahkan bupati untuk memindahkan ibu kota Kabupaten Bandung memalui surat tertanggal 25 Mei 1810. Hal itu untuk memudahkan kekuasaan pemerintah Belanda. Daendles menginginkan daerah Cikapundung dan Andawawak (Tanjungsari) menjadi ibu kota yang baru.

Tanpa Sepengetahuan Daendles, pada tahun 1809 Bupati Wiranatakusumah II sudah merencanakan dan memerintahkan penduduknya untuk segera pindah ke Bandung. Bahkan, Wiranatakusumah II sudah menemukan daerah yang cocok sebagai ibu kota meskipun masih berupa hutan. Rakyatnya pun diarahkan untuk menempati daerah utara sebagai tempat tinggal yang sebelumnya juga sudah ada pemukiman, seperti Kampung Cikalintu (sekarang Cipaganti), Cikapundung Kolot, dan Kampung Bogor. jika melihat hal ini, secara tidak langsung Wiranatakusumah II bisa dikatakan sebagai pendiri dan perancang Kota Bandung. Kota Bandung tidak semata-mata berdiri atas prakarsa Daendles, meskipun Daendles-lah yang mengeluarkan surat keputusan resmi kepindahan ibu kota Bandung tertanggal 25 September 1810.

DSC05549_resize

Pada masa awal kepindahan ibu kota Bandung, Bupati Wiranatakusumah II membuat beberapa bangunan, yaitu Masjid Agung beserta alun-alun, Pendopo Kota Bandung, dan Sumur Bandung yang sekarang berada di dalam Gedung PLN Cikapundung. Saat pembangunan terjadi sang Bupati tinggal di daerah yang sekarang menjadi Hotel Savoy Homan, daerah ini dipilih untuk memudahkan pengawasan pembangunan pusat kota Bandung, sebelumnya Bupati Wiranatakusumah II diperkirakan pernah tinggal di daerah Cikalintu (sekarang Cipaganti) dan Balubur Hilir.

Kepemimpinan Bupati Wiranatakusumah II berakhir pada tahun 1829. Beliau wafat setelah memimpin Bandung selama 35 tahun. Belia dimakamkan di belakang Masjid Agung, Wiranatakusumah II yang saat kecil bernama Indradireja ini mendapat julukan Dalem Kaum. Nama Dalem biasanya diberikan kepada seorang menak Priangan setelah ia meninggal. Julukan Dalem Kaum ini diperoleh karena letak makamnya yang berada di daerah kauman, yaitu wilayah di sekitar masjid yang penduduknya beragama Islam. Makam Wiranatakusumah II berada dalam kompleks pemakaman di belakang Masjid Agung Bandung. Di sana tak hanya terdapat makam Wiratanakusumah II, istri, cucu, dan cicitnya juga ada di pemakaman tersebut, di pemakaman ini juga terdapat pula makam Patih Bandung, wedana, bahkan Gubernur ke-5 Jawa Barat dan Wali Kota ke-14 Bandung, Oekar Bratakusumah.

ziaraha

Memasuki kompleks pemakaman Wiranatakusumah II ini tak seperti masuk ke pemakaman pada umumnya. Pemakaman ini berada di antara pertokoan dan pemukiman. Tak jarang jalan masuk ke pemakaman ini pun dijadikan tempat parkir untuk pengunjung pertokoan. Jika tidak dilihat secara sek sama, Wargi Bandung mungkin tidak akan melihat keberedaan gapura yang menunjukan kompleks pemakaman.

Wargi Bandung mungkin masih sedikit yang mengetahui siapa sebenarnya Dalem Kaum, Dalem Kaum kini terkenal sebagai nama jalan yang dipenuhi barisan pertokoan dan sering kali disesaki oleh Wargi Bandung yang ingin berbelanja.

Sumber : 200 Ikon Bandung – Pikiran Rakyat