BANDUNG, infobdg.com – GOR Saparua, apa yang ada dipikiran Wargi Bandung ketika ingat tempat itu? Untuk kebanyakan orang GOR Saparua pasti diingat sesuai namanya, gelanggang olah raga, yaitu tempat untuk berolahraga.

Tapi Wargi Bandung akan mendapatkan cerita lain jika menyebutkan GOR Saparua kepada pencinta musik, terutama pada pencinta musik underground di era 90-an. Bagaimana tidak, GOR Saparua yang letaknya diapit oleh Jl Aceh dan Jl Ambon ini merupakan saksi bisu pergerakan musik cadas di Bandung kala itu.

Advertisement

Setiap minggu atau dua minggu sekali, GOR Saparua menjadi tempat band beraliran metal, gothic, grindcore, hardcore, punk, ska, melodic untuk memanjakan para penggemarnya. Kapasitas dari GOR yang saat ini dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebenarnya hanya bisa menampung 4000-5000-an, tapi kala itu tidak jarang yang datang bisa membludak sampai 7000-an orang.

Pertunjukan musik berskala besar pernah digelar di Saparua pada era emasnya, sebut saja Hollabalo pada tahun 1994, Bandung Berisik pada 1995, Bandung Underground pada 1996, dan Gorong-Gorong pada tahun 1997.

Beberapa band beraliran keras yang gaungnya bahkan sampai terdengar ke luar negeri juga lahir dari hingar-bingar Saparua kala itu. Ada Koil, PAS Band, Burgerkill, Mesin Tempur, Dajjal, Pure Saturday, Forgotten, Jasad, dan masih banyak lagi.

Saparua tidak hanya menyangkut tentang band saja, beberapa instrumen seperti tempat rekaman, media, merchandise, juga penikmatnya tidak bisa dilepaskan dari melejitnya suatu band. Sebut saja satu industri rekaman, Napi Records, Ripple Magazine pada tahun 1999, Distro pakaian Harder dan Riotic, lahir dari rahim yang berkaitan dengan Saparua.

Saat ini bagi para penikmat musik underground, Saparua hanya sekedar sejarah dan cerita lama yang bisa dibagikan lewat mulut ke mulut atau tulisan di media. Karena saat ini pengelola sudah tidak mengizinkan acara musik beraliran cadas digelar di Saparua. Secara umum, saat ini GOR Saparua hanya digunakan untuk kegiatan olahraga serta beberapa acara dari instansi kedinasan.

Pengalaman nonton musik underground apa yang pernah Wargi Bandung nikmati di Saparua?

Previous articleAwal 2020, 15 Orang Meninggal Akibat DBD di Jawa Barat
Next articleDari Pakan Mahal Hingga Sulit Bersaing, Ini Penyebab Eksistensi Peternak Ayam Rakyat Terancam