BANDUNG, infobdg.com – Akhir tahun 2019, masyarakat dikejutkan dengan banyaknya pemberitaan penemuan ular dan anak ular kobra di daerah permukiman warga.

Selain di bekas lubang tikus, ular biasanya suka bersembunyi di tempat-tempat penyimpanan barang bekas. Ular tersebut meninggalkan telur-telurnya di tumpukan barang bekas di sekitaran rumah, atau permukiman.

Sumber: Instagram panjipetualang_real

Menanggapi fenomena tersebut, pecinta reptil, Muhamad Panji atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Panji Petualang” mengatakan, bahwa penemuan ular di permukiman warga setiap akhir tahun sebenarnya adalah hal yang biasa. Lantaran siklus alami ular terutama kobra memasuki musim kawin pada bulan Maret, bertelur pada bulan Juli, dan akan menetas pada November sampai Januari.

Advertisement

“Sekarang makin booming, ular muncul dimana-mana, terutama anak kobra. Padahal memang lagi siklus musim menetasnya anak ular di akhir tahun ini, mulai dari November sampai Januari. Memang sudah menjadi siklus alami. Telur-telur itu biasanya ditinggalkan di dalam bekas lubang tikus dan tumpukan barang bekas,” kata Panji, via sambungan telepon, Jumat (20/12).

Panji mengatakan bahwa fenomena ini tak hanya terjadi di akhir tahun 2019 saja. Panji mengaku, setiap tahun pun dirinya kerap mendapatkan laporan mengenai kasus ular masuk rumah atau permukiman.

“Memang sudah sering dapat laporan terkait ular dan anak ular kobra masuk permukiman, hanya saja di akhir tahun 2019 ini isunya memang lagi viral karena semua media mengangkat fenomena ini. Akhirnya banyak orang yang tadinya masih santai-santai saja ketika muncul satu ular, mereka panik,” ujarnya.

Sebagai langkah antisipasi, apabila Wargi Bandung menemukan anak ular, disarankan secepatnya untuk melakukan tindakan evakuasi dengan alat yang mudah dijumpai di lingkungan sekitar. Bisa menggunakan sapu ijuk, pengki sampah, ataupun karung, karena pertahanan anak ular cenderung pasif dibandingkan ular dewasa.

“Kita bisa memanfaatkan sapu ijuk untuk menggiring ular masuk kedalam pengki, dari pengki itu bisa dimasukkan ke dalam karung,” jelasnya.

Patut diingat, bahwa jangan pernah menangkap ular dengan tangan kosong tanpa keahlian khusus. Jika tidak ada orang yang berani menangkap dengan peralatan di atas, Panji menyarankan untuk langsung membunuh ular tersebut karena keselamatan manusia adalah hal yang paling penting.

Tingkatan selanjutnya adalah antisipasi apabila terkena gigitan ular. Bisa ular tidak langsung menjalar masuk lewat darah tetapi ke kelenjar getah bening dan otot di sekitar area gigitan, oleh karenanya lakukanlah pembidaian pada tangan atau kaki yang terkena gigitan ular. Namun, langkah tersebut hanyalah untuk petolongan pertama saja, segera periksakan ke rumah sakit yang memiliki serum anti bisa ular untuk penanganan lebih lanjut.

“Kalau digigit ular, yang pertama harus dilakukan adalah membidai area yang terkena gigitan, sama kaya kalau patah tulang. Kalau bagian yang terkena gigitan itu bergerak, maka akan bisa menjalar kemana-mana, hingga mengakibatkan sesak nafas dan kematian,” ungkapnya.

Upaya selanjutnya adalah dengan meminimalisir ular datang ke rumah. Setiap celah-celah pintu dan saluran air dari pembuangan kamar mandi harus ditutup untuk mencegah ular atau anak ular masuk. Panji mengatakan, kamper atau kapur barus pun bisa dijadikan penangkal karena bisa menghilangkan aroma yang ditimbulkan dari kencing tikus.

“Ular masuk ke pemukiman atau rumah warga tujuannya kan buat cari makan. Kita bisa tebar kapur barus atau kamper di setiap sudut rumah atau di setiap kolong-kolong lemari, sofa. Ini bisa mencegah ular itu datang karena tertarik adanya bau kencing tikus,” bebernya.

Upaya terakhir dan sangat menarik untuk menghindari kawanan ular masuk ke permukiman adalah dengan memelihara kucing. Hal tersebut dikarenakan kucing memiliki badan yang relatif kuat terhadap gigitan ular dan gesit untuk membunuh ular berukuran kecil.

Previous articleOptimalkan Pantauan Pasar, Dinas Indag Jabar Sukses Kendalikan Harga Barang Pokok
Next articleBeauty Class Make Over Beauty Beyond Rules