- Advertisement -

Konferensi Asia Afrika, Suara Untuk Perdamaian Dari “Dunia Ketiga”

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945 memang menjadi titik balik beberapa negara di Asia dan Afrika untuk merdeka dari negara penjajah. Indonesia menjadi salah satu negara yang memanfaatkan momentum tersebut.

Tetapi tidak semua negara bisa terbebas dari belenggu negara penjajah setelah berakhirnya Perang Dunia II, masih banyak negara di kawasan Asia dan Afrika yang berusaha untuk memperjuangkan kemerdekaan tanah airnya. Meski Perang Dunia II sudah usai, situasi bergejolak di dunia masih belum berakhir. Memasuki tahun 1947, terjadi perang dingin antara dua negara dengan kekuatan besar di dunia, Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Kedua negara superpower dikenal dengan sebutan Blok Barat dan Blok Timur. Hampir seluruh negara di dunia terlibat dalam Perang Dingin ini, beberapa negara masuk ke dalam Blok Barat pimpinan Amerika Serikat, sebagian negara di Eropa Timur masuk ke Blok Timur pimpinan Uni Soviet. Lantas kemudian negara-negara di Asia dan Afrika, membentuk Gerakan Non-Blok, untuk tidak berpihak pada blok manapun, dan ingin meredakan situasi konflik yang ada pada Perang Dingin. Karena masalah besar yang ditimbulkan dari perpecahan di dunia ini justru sangat terasa imbasnya untuk negara-negara di Asia dan Afrika.

Awal tahun 1954, Perdana Menteri dari lima negara di Asia, Sir John Kotelawala (Ceylon/ kini Sri Lanka), U Nu (Birma/ kini Myanmar), Jawaharlal Nehru (India), Mohammed Ali (Pakistan) dan Ali Sastroamidjojo (Indonesia), melakukan pertemuan informal. Presiden Indonesia kala itu, Ir. Soekarno berpesan pada Ali Sastroamidjojo untuk menyampaikan ide pada Perdana Menteri lain perihal konferensi antar negara di Asia dan Afrika. Soekarno ingin kembali menggaungkan cita-cita yang sudah berjalan selama 30 tahun, untuk membangun solidaritas antar negara di Asia dan Afrika dalam melawan penjajahan.

Konferensi Asia Afrika dilaksanakan pada 18-24 April 1955 dan diikuti oleh 29 negara. Tempat pertemuan dari seluruh negara peserta ini diadakan di Gedung Merdeka, Kota Bandung. Presiden Soekarno menyampaikan pidato berjudul “Let a New Asia And New Africa be Born” yang menarik perhatian dan mempengaruhi delegasi dari negara yang hadir.

“Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin-pemimpin Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia Afrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukan kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian. Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir kembali. Ya lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!” Kutipan Pidato Presiden Soekarno disadur dari website asianafricanmuseum.org.

Konferensi Asia Afrika ini menghasilkan deklarasi bersama antara negara di dua benua tersebut perihal:

  • Kerja sama ekonomi
  • Kerja sama kebudayaan
  • Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri
  • Masalah rakyat jajahan
  • Masalah-masalah lain
  • Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional

Kesepakatan tersebut juga akhirnya dikenal dengan Dasasila Bandung yang merupakan pernyataan politik berisikan prinsip untuk perdamaian dan kerja sama di dunia.

Setelah berakhirnya Konferensi Asia-Afrika ini, setidaknya ada 25 negara yang memproklamasikan kemerdekaannya sejak tahun 1957 sampai dengan tahun 1962. Pada akhirnya Konferensi Asia Afrika ini mampu membangkitkan semangat dan menguatkan solidaritas dari negara di dua benua tersebut untuk memperoleh kemerdekaan dan perdamaian di dunia.

Foto :  Asian African Conference Commemoration | barboek.blogspot.co.id