ARTIKEL, infobdg.com – “Toponimi” merujuk pada nama tempat, bisa juga nama dari tempat, wilayah, atau bagian lain dari permukaan bumi, termasuk yang terjadi secara alami seperti sungai, maupun yang dibuat oleh manusia seperti kota.
Nah Wargi Bandung, tau gak sih kalau nama-nama jalan yang ada di kota Bandung ini berasal/berawal dari apa? Yuk simak beberapa toponimi jalan di Bandung, yang udah tim infobdg rangkum sebagai berikut:
Pasir Kaliki
Penamaan jalan Pasir Kaliki sebelumnya dikenal sebagai Pasirkalikiweg, yang didasarkan pada karakteristik morfogeologis, khususnya kontur tanah. Daerah ini merupakan sebuah kawasan yang terdiri dari bukit dengan tanah yang miring disebut juga sebagai “pasir,” sedangkan “kaliki” merujuk pada jenis tanaman dengan daun yang mirip daun papaya dan memiliki buah berduri. Karena daerah ini hanya ditanami pohon kaliki, orang-orang menyebutnya sebagai daerah Pasirkaliki.
Untuk mengabadikan nama daerah tersebut kemudian dijadikan nama jalan yang
memanjang dari perempatan Jln. Kebon Jati dengan Jln. Gardu Jati sampai Jln. Sukajadi. Jalan ini dilalui oleh berbagai jenis transportasi umum, termasuk bus kota yang menghubungkan Ledeng – Leuwi Panjang, angkutan kota yang mengarah ke Lembang – Stasion, Karang Setra – Cibaduyut (hingga Kebon Kalapa), Ciroyom – Cicaheum, Ciroyom – Sarijadi, serta Cijerah – Sederhana.
Astana Anyar
Dikatakan bahwa nama jalan Astana Anyar awalnya terkait dengan pendirian sebuah kuburan baru di wilayah tersebut. “Astana” mengacu pada kuburan atau kompleks pemakaman, sedangkan “anyar” berarti baru. Seiring berjalannya waktu, jumlah kuburan di daerah tersebut bertambah, dan akhirnya penduduk sekitar menyebutnya Astana Anyar.
Jalan ABC
Sebelumnya dikenal sebagai ABC Straat, merupakan jalan yang menghubungkan Jln. Otto Iskandardinata dengan Jln. Banceuy. Kemungkinan besar, jalan penghubung ini sudah ada sejak lama seiring usia jalan-jalan di sekitarnya, seperti Jln. Banceuy.
Di sepanjang jalan ini, baik di sisi kiri maupun kanan, banyak terdapat toko-toko elektronik. Oleh karena itu, khususnya dari perempatan Banceuy ke arah barat, jalan ini jarang atau bahkan tidak dilalui oleh sarana transportasi umum.
Jalan Cibaduyut
Penamaan Cibaduyut didasarkan pada karakteristik fisik yang terdiri dari aspek hidrologis dan aspek biologis. “Ci” atau “cai” memiliki arti air, yang mencerminkan aspek hidrologis, sementara “baduyut” adalah nama pohon yang mencerminkan aspek biologis. Mungkin pada masa lampau, daerah-daerah yang diawali dengan “Ci” mengandung atau memiliki banyak air, sehingga masyarakat sekitarnya dengan mudah memberikan nama daerah mereka dengan memadukan “Ci” dengan fitur lain yang menonjol di daerah tersebut. Contohnya, jika daerah tersebut memiliki pohon baduyut, maka dipadukan menjadi Cibaduyut.
Ciri khas tersebut kemudian diabadikan menjadi nama jalan yang membentang dari persimpangan Jln. Leuwi Panjang hingga Jln. Soekarno Hatta, dan berlanjut hingga jalan tol Padaleunyi.
Jalan Kebon Jukut
Sebelumnya dikenal sebagai Kebon Djukut Noord, di mana area yang dulunya tidak digunakan atau merupakan tanah kosong yang ditumbuhi rerumputan dan alang-alang. Oleh karena itu, masyarakat secara spontan menyebutnya demikian.
Jika dilihat dari setiap kata, “kebon” mengacu pada kebun, tempat, atau area, sementara “jukut” merujuk pada rumput. Untuk menghormati penamaan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap kawasan tersebut, nama tersebut diabadikan menjadi nama jalan yang sejajar dengan jalur kereta api, mulai dari Viaduct hingga Jln. Kebon Kawung. Jalan ini dilalui oleh angkutan umum yang menghubungkan Stasion – Lembang, Stasion – Cimah, Stasion – Gunungbatu/Sarijadi, dan Kebon Kalapa – Sarijadi.***
Sumber: Tedi Permadi