Pada abad ke 17, kraton Cirebon pernah mengadakan sebuah konferensi internasional bernama GOTRASAWALA yang membahas pelbagai macam masalah sejarah kerajaan di Nusantara serta kehidupan dan penciptaan di alam semesta. Para peserta Gotrasawala berdatangan dari pelbagai negeri dan menetap di Cirebon selama 22 tahun. Hasilnya adalah puluhan manuscript yang hingga saat ini masih tersebar di beberapa tempat.
Pada masa kolonial, kota Bandung telah menjadi pusat kehidupan budaya urban yang berskala internasional sehingga kota ini mendapat julukan Parijs van Java (Paris of Java). Saat itu dinamika kehidupan budaya urban kota Bandung di tandai oleh perkembangan dalam bidang seni arsitektur, seni rupa, sastra dan musik.
Pada tahun 1970an, kota Bandung dan Cirebon kembali bergeliat melahirkan para seniman muda yang sangat progresif. Nama-nama seperti Arifin C. Noer dan Nano Riantiarno (teater), Abdul Hadi WM (sastra), Jimmy Supangkat (senirupa), dan Harry Roesli (musik) muncul dari Jawa Barat.
Dalam konteks inilah, untuk yang KEDUA kalinya di tahun 2014 ini kami ingin menelusuri secara kritis dan mendalam pasang surut kebudayaan wilayah Jawa Barat serta memproyeksikan ke depan melalui sebuah perhelatan yang berjudul: GOTRASAWALA (Global Cultural Gathering) dengan konsistensi tema: West Java in the Past, Present and Future.
Gotrasawala Festival 2014
3- 6 Desember 2014
Kasepuhan court, Alun-alun, Kasepuhan Cirebon, Indonesia