- Advertisement -

Setelah Terjadi Lonjakan, Penambahan Kasus Covid-19 di Jabar Kembali Terkendali

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Setelah terjadi lonjakan dari klaster institusi pendidikan kenegaraan, penambahan kasus positif Covid-19 di Jawa Barat sudah dapat dipahami. Hal ini dipastikan Gubernur Jabar, yang juga Ketua Gugus Tugas Covid-19 Jabar, Ridwan Kamil.

Foto: Humas Jabar

“Kasus di Jabar sudah kembali ke pola yang kami pahami. Kemarin, di hari Minggu, terlaporkan kasus positif bertambah 27. Itu rekor terendah selama enam minggu terakhir setelah dilakukan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB),” kata Kang Emil, sapaan akrabnya, Selasa (21/7).

Emil melaporkan, seluruh pasien positif Covid-19 pada klaster institusi pendidikan kenegaraan di Kota Cimahi sudah dinyatakan sembuh. Begitu pula dengan 468 dari 1.308 pasien positif pada klaster institusi pendidikan kenegaraan Kota Bandung yang saat ini juga dinyatakan sembuh.

“Ada 400-an itu sudah sembuh pada klaster institusi pendidikan kenegaraan di Kota Bandung. Ini menunjukkan, prediksi kami bahwa OTG-OTG (Orang Tanpa Gejala) di institusi kenegaraan cenderung semuanya membaik dan sehat,” bebernya.

Dilaporkan Ketua Harian Gugus Tugas Covid-19 Jabar, Setiawan Wangsaatmaja, bahwa angka reproduksi kasus Covid-19 terhadap waktu (Rt) Covid-19 per 16 Juli 2020 berada di angka 0,75. Selain itu, ia pun mengatakan, Jabar berada di peringkat 25 secara nasional untuk indeks kasus terkonfirmasi positif dihitung dari populasi.

“Setiap satu juta populasi penduduk Jawa Barat terdapat kurang lebih 111 kasus positif Covid-19,” ungkap Setiawan.

Ia juga menyatakan, tingkat keterisian ruang perawatan Covid-19 di rumah sakit rujukan terus berkurang.

“Dari 11 Juli 2020, yang asalnya 29,38% dan 18 Juli 2020 menjadi 27,3%. Sedangkan di IGD dan ICU juga relatif rendah yaitu IGD hanya 4,3% dari ketersediaan 437 dan ICU terisi hanya 15,7% dari ketersediaan 241. WHO mengatakan bahwa ketersediaan ruang isolasi ini harus di bawah 60 persen. Jadi, kami di Jawa Barat melihat masih di bawah jauh dari standar WHO tersebut,” terang dia.