BANDUNG, infobdg.com – Setelah Jakarta dan Banjarmasin, giliran Bandung yang jadi saksi kehangatan kisah Alina dan Omar dalam film Pengin Hijrah. Special screening yang digelar di XXI Ciwalk Bandung pada Sabtu (20/9) malam sukses bikin penonton terbawa suasana haru. Film ini membawa penonton pada perjalanan emosional penuh persahabatan, cinta, dan pencarian jati diri.
Acara nobar makin spesial karena dihadiri langsung oleh para bintang utamanya, Endy Arfian, Nadzira Shafa, serta sang sutradara, Jastis Arimba. Mereka ikut menyaksikan bagaimana warga Bandung larut dalam kisah yang disajikan di layar lebar.
“Film Pengin Hijrah adalah sebuah ajakan ke penonton untuk belajar dari apa yang dialami karakter Alina. Dari Alina, kita bisa melihat bahwa untuk menjadi lebih baik, tidak ada kata terlambat,” ungkap Jastis Arimba.
Chemistry antara Endy Arfian sebagai Omar dan Steffi Zamora yang memerankan Alina jadi salah satu kekuatan film ini. Endy mengaku tak sulit membangun kedekatan karena sudah bersahabat lama dengan Steffi.
“Kami sudah bersahabat sekitar 10 tahun, jadi chemistry kebangun dengan natural. Tantangannya justru ada di bagaimana saya bertransformasi secara fisik sesuai karakter Omar,” kata Endy.
Sementara itu, Nadzira Shafa yang berperan sebagai Aisyah juga berbagi pengalamannya. Selain ikut berakting, ia turut mengisi original soundtrack film berjudul Arah Bersamamu.
“Makna hijrah di film ini menurutku bukan hanya berubah dari buruk ke baik, tapi juga dari yang sudah baik menjadi lebih baik lagi,” jelas Nadzira.
Film ini diproduksi Sinemata Buana Kreasindo dengan dukungan sejumlah aktor dan aktris lain seperti Daffa Wardhana dan pendatang baru Sita Permata Sari. Drama religi garapan Jastis Arimba ini dijadwalkan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia mulai 30 Oktober 2025.
Bagi yang penasaran dengan cerita lengkapnya, Pengin Hijrah akan mengajak penonton mengikuti perjalanan seorang selebgram bernama Alina yang terpuruk setelah kehilangan sahabatnya. Kehadiran Omar membangkitkan semangat sekaligus membuka pintu hijrah menuju kebaikan. Namun, di saat jalan hidupnya mulai tertata, Alina justru kembali dihadapkan pada kehilangan arah.***
