BANDUNG, infobdg.com – Hujan deras tak menghalangi ribuan penonton untuk tetap setia menikmati kemegahan Forestra 2025 di Orchid Forest Cikole, Lembang, Sabtu (30/8). Lebih dari 6.000 penikmat musik larut dalam pertunjukan orkestra yang berpadu dengan musisi lintas genre, menjadikan Forestra bukan sekadar konser, tapi ruang kolaborasi, diskusi, sekaligus perayaan keberlanjutan.
Dipersembahkan oleh ABM, Forestra sudah jadi agenda tahunan yang selalu ditunggu pecinta musik Indonesia sejak 2018. Tahun ini, atmosfernya terasa makin spesial ketika meski hujan mengguyur, ribuan orang tetap bertahan hingga akhir pertunjukan. Barry Akbar, CEO ABM, menegaskan bahwa setiap detail pertunjukan dirancang matang selama setahun penuh, mulai dari pemilihan musisi, aransemen orkestra, hingga desain panggung di tengah hutan pinus.
Kolaborasi Orkestra & Musisi Lintas Genre
Di bawah arahan Erwin Gutawa sebagai Music Director, panggung Forestra 2025 mempertemukan 50 pemain orkestra dengan sederet musisi top, seperti Reza Artamevia, The SIGIT, Raja Kirik, Sheila Dara, hingga kolaborasi spesial Bernadya × Sal Priadi dan Voice of Baceprot × Ensemble Tikoro.
Sheila Dara menjadi kejutan manis tahun ini. Tampil bersama Choir Unpad, ia mengaku pengalaman itu sangat berkesan. “Aku nggak nyangka bisa manggung di tengah hutan sebesar ini dengan ribuan penonton. Rasanya magis banget,” ungkap Sheila.
Erwin Gutawa pun menambahkan, “Forestra memberi ruang bagi musik dan alam untuk saling melengkapi, menciptakan pengalaman yang nggak akan terlupakan.”
Dari Hutan Sampai Pesisir: Komitmen Lingkungan
Selain musik, Forestra juga teguh dengan misinya mendukung keberlanjutan. Sejak awal, panggung dibangun dengan prinsip zero tree cutting berkat arahan Jay Subyakto sebagai Creative Director. Tahun ini, Forestra berkolaborasi dengan Greenpeace Indonesia dengan menyisihkan sebagian hasil tiket untuk membangun panel surya di Pulau Pari, Kepulauan Seribu.
Penonton pun ikut dilibatkan lewat berbagai aktivitas ramah lingkungan, mulai dari isi daya ponsel dengan energi surya, menjelajah gerai produk berkelanjutan, hingga menyaksikan pertunjukan Bio-plant Sonic oleh Bottlesmoker yang mengubah sinyal tanaman jadi musik.
Area Gema: Diskusi & Eksperimen Kreatif
Forestra 2025 juga menghadirkan Area Gema, sebuah ruang interaktif yang membuka percakapan seputar musik dan lingkungan. Ada sesi Vixtape Off-Air bareng Vincent Rompies, Soleh Solihun, dan Jay Subyakto, serta diskusi musik independen bersama Kiki Ucup (Pestapora), Iit Boit (Omunium), dan Vando (Microgram).
Menurut Kiki Ucup, diskusi ini penting untuk memperkaya pengalaman. “Musik itu bukan hanya di panggung, tapi juga hidup dalam percakapan yang membangun pemahaman dan kolaborasi,” jelasnya.
Forestra: Harmoni Musik, Alam, dan Manusia
Sejak hadir pada 2018, Forestra sudah menghadirkan kolaborasi orkestra dengan musisi lintas genre papan atas, mulai dari Tulus, Isyana Sarasvati, hingga Burgerkill dan Diskoria. Kini, Forestra 2025 kembali membuktikan bahwa musik, seni, dan alam bisa menyatu dalam harmoni yang indah.
Ribuan penonton yang hadir bukan hanya menikmati konser orkestra terbesar di hutan, tapi juga menjadi bagian dari narasi besar bahwa musik bisa berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan.***





