BANDUNG, infobdg.com – Di tengah kehidupan urban yang makin padat dan bising, sekelompok musisi dan seniman memilih cara berbeda untuk bersuara: lewat musik, diskusi, dan ruang refleksi sosial. Lewat gelaran “Wisata Orang Waras (WOW) 2025”, mereka mengajak warga Bandung untuk sejenak berhenti, berpikir, dan “mewaraskan diri” bersama.
Acara ini berlangsung di Armor Genuine Urban Forest, Sabtu (8/11), mengusung tema #BandungWaras. Tak hanya konser musik, WOW menjadi ruang interaksi yang memadukan seni, forum diskusi, dan kesadaran lingkungan dalam satu rangkaian kegiatan yang berlangsung dari siang hingga malam.
“Wisata Orang Waras” bukan konser biasa. Di awal acara, para pengunjung diajak mengikuti forum diskusi dua jam yang membahas soal isu sosial, komunitas kreatif, dan seni alternatif di Bandung. Usai sesi berbagi gagasan, suasana bergeser ke panggung musik berdurasi empat jam, diisi penampilan dari Methosa, Totenk, Abah Benny, dan The Summer.
Sebagai penutup, penonton juga bisa ikut Meet & Greet bersama Methosa, sebuah momen hangat yang menghapus batas antara musisi dan pendengar.
Gelaran ini diinisiasi oleh LALAEV1001 bersama komunitas Methozens, dengan semangat kolektif dan ramah lingkungan. Tak ada sponsor besar, tak ada kemewahan berlebihan, semuanya dilakukan secara swadaya dan berkelanjutan.
Bagi Mansen Munthe, vokalis Methosa, Bandung punya karakter khas yang membuatnya berbeda dari kota lain.
“Setiap kota punya napasnya sendiri. Kalau di Surabaya, banyak bicara tentang teman-teman serikat pekerja. Di Jogja, datang dari mahasiswa karena itu kota pelajar. Nah, Bandung ini isunya tentang bagaimana kita bisa merawat anugerah yang Tuhan kasih: kreativitas dan lingkungan yang luar biasa. Tugas kita sebagai generasi muda adalah menjaga itu lewat kolaborasi,” jelas Mansen.
Ia menyebut, semangat Asia-Afrika menjadi inspirasi penting dalam perumusan konsep WOW Bandung.
“Asia Afrika itu buahnya adalah kolaborasi. Semangat kolektif itulah yang kami bawa ke Bandung. Karena itu, kami hadirkan elemen kebudayaan dan anak muda, seperti The Summer yang membawa karya segar mereka, dan Methosa yang menyesuaikan penampilan kami dengan keresahan masyarakat Bandung. Nanti di Jakarta akan beda lagi, mungkin isunya soal HAM,” tambahnya.

Bagi Methosa, musik bukan sekadar hiburan, melainkan alat berpikir dan refleksi sosial.
“Bandung itu kota modifikator. Banyak karya keren lahir di sini, tapi sekarang saatnya anak muda juga berani bersuara soal ketimpangan sosial. Musik bisa jadi cara kita berpikir bersama dan menolak diam,” tutur Mansen.
Ia juga menyoroti bagaimana politik memengaruhi hampir semua aspek kehidupan.
“Nggak ada satu hal pun yang bebas dari pengaruh politik. Dari harga kopi sampai skincare pun kena. Kalau politiknya kacau, hidup kita juga ikut kacau. Musik kami mencoba mengingatkan agar kita tetap waras di tengah sistem yang makin gila,” tegasnya.
Tak seperti konser besar yang bertabur sponsor, “Wisata Orang Waras” justru tumbuh dari semangat gotong royong.
Para anggota komunitas Methozens rela urunan, mulai dari ratusan ribu rupiah hingga iuran kecil, demi menjaga independensi acara ini.
“Kami sadar musik kami nggak seksi di mata sponsor. Tapi teman-teman mau iuran karena mereka merasa punya suara yang sama. Itu bukti kalau gerakan kecil bisa tetap hidup kalau dilakukan bareng-bareng,” ungkap Mansen.
Selain tampil di Bandung, Methosa berencana membawa WOW ke kota-kota lain, dengan isu berbeda di setiap tempat. Mereka juga tengah menyiapkan kolaborasi lintas seni bersama Abah Benny dan musisi eksperimental yang mengeksplorasi bunyi rempah-rempah Nusantara.
“Kami ingin membawa unsur Sunda dan Kalimantan di album berikutnya. Musik kami berangkat dari kebudayaan, karena dari sanalah kewarasan tumbuh,” kata Mansen.
Bagi Methosa dan LALAEV1001, “Wisata Orang Waras” bukan sekadar pertunjukan musik, tapi gerakan kecil untuk mengingatkan publik agar tetap berpikir jernih dan terhubung dengan sesama.
Lewat nada, dialog, dan kolaborasi, mereka ingin membuktikan bahwa di tengah dunia yang semakin bising, masih ada cara untuk tetap waras, bersama.***





