BANDUNG, infobdg.com – Kurangnya edukasi mengenai teori dan keilmuan politik di Indonesia menjadi kekhawatiran besar bagi pengamat politik sekaligus akademisi dari Universitas Pasundan Bandung, Dr. Deni Nurdiana. Hal tersebut menjadi alasan ditulisnya sebuah buku yang berjudul “Perkembangan Sistem Politik Indonesia Menuju Demokratisasi”.

Buku tersebut ditulis Deni beserta rekannya, Dr. Taufiqurrohman, yang garis besarnya membahas tentang pemahaman politik sesungguhnya, mengingat dewasa ini politik sering disalahartikan.

Advertisement

“Banyak sebenarnya yang tidak paham secara teori dan secara keilmuan tentang politik. Mereka lebih cenderung tahu politik itu langsung stigma pemilihan presiden, pileg, dan sebagainya tanpa tahu yang sesungguhnya apa itu politik,” terang Deni.

Oleh karena itu, untuk memberikan gambaran besar mengenai pembahasan dalam buku karyanya tersebut, digelarlah acara “Bedah Buku: Perkembangan Sistem Politik Indonesia Menuju Demokratisasi” pada Sabtu (2/2), di GSG Universitas Sangga Buana YPKP, Jalan PHH Mustofa Bandung, yang turut menghadirkan mahasiswa serta aktivis-aktivis politik.

Dalam pembahasannya, Deni mengatakan, buku ini berisi edukasi-edukasi, terutama bagi generasi milenial yang perannya sangat penting bagi keberlangsungan politik di Indonesia. Terlebih lagi, saat ini pendidikan politik yang sebenarnya tertuang dalam mata pelajaran kewarganegaraan atau PMP tidak lagi diajarkan di SD, SMP, hingga SMA.

“Sekarang pelajaran-pelajaran tentang ilmu politik itu sudah jarang diajarkan di SD, SMP, maupun SMA. Apalagi dengan dihapuskannya PMP, kewarganegaraan, jadi orang itu sudah tidak tahu lagi politik demokrasi,” ungkap Deni.

Deni menekankan, peran generasi milenial sangat berpengaruh. Oleh karena itu, ia membahasnya dalam bab-bab tertentu seperti bagaimana peran generasi milenial, hubungan luar negeri, sampai peranan-peranan hak asasi manusia (HAM).

“Pada bab-bab tertentu yang menjadi poinnya adalah bagaimana peranan milenial, hubungan luar negeri, serta peranan HAM terhadap politik karena itu sepertinya jarang dibicarakan padahal berpengaruh,” tukasnya.

Ia pun ingin melepas stigma bahwa politik hanya pada masa-masa pemilu saja, karena itu pemikiran yang sangat sempit. “Terus terang kita ini masih bergelut pada politik di pemilihan presiden, gubernur, walikota, itu masih pemikiran yang sempit, apalagi saling menjatuhkan dari mana-mana. Nah pemahaman seperti ini kadang kalau tidak dikasih pengertian akan dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu,” papar Deni.

Pendidikan politik ini seharusnya diterapkan sedari dini untuk menciptakan nasionalisme dalam diri seseorang. Menurut Deni, apabila kita memiliki nasionalisme yang kuat, maka akan dengan bangga memperkenalkan identitas negara Indonesia di setiap kesempatan.

“Nasionalisme itu dalam bentuk identitas kenegaraan yang diperkenalkan, seperti di Amerika, hampir semuanya ada logo (bendera) Amerika, di Indonesia masih belum, hanya dipakai apabila ada kegiatan yang penting,” tegas Deni.

Melalui buku ini, Deni berharap dapat meluruskan pengertian politik yang sesungguhnya, bahwa politik bukan hanya tentang pemilu tetapi lebih luas lagi. Ia juga berharap, setelah ini orang-orang tidak lagi alergi dengan politik, terlebih para generasi muda yang nantinya akan menjadi pemimpin negara.

Previous articleWarga Bandung Produksi Paving Block Dari Sampah Plastik
Next articleF2WL : ATHRONIKA