- Advertisement -

Prihatin Banyak Perusahaan yang Tumbang, Ini Kata Ketua DPP Apindo Jabar

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Belakangan ini, banyak video viral yang kontradiktif. Video tersebut memperlihatkan kesedihan ribuan karyawan perusahaan yang telah bekerja bertahun-tahun dan terkena lay off karena perusahaan tutup. Ada pula video demo pekerja yang menuntut upah naik diatas PP 51/2023. Kedua video tersebut berseliweran silih berganti.

“Sedih melihat itu semua. Sedihnya lagi, perusahaan-perusahaan itu adalah perusahaan padat karya yang tentu saja berjumlah ribuan karyawan per perusahaan, bukan lagi ratusan,” beber Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jabar, Ning Wahyu Astutik, dalam keterangan resmi yang diterima Infobdg, Senin (11/12).

Ning pun mengaku prihatin atas banyaknya perusahaan yang tumbang di Jabar. Sebab menurutnya potensi di Jabar Luar Biasa.

“Dengan pengelolaan secara kerjasama multi helix dan profesional, tidak hanya Jabar Juara, tetapi Jabar Hebat, Jabar Luar Biasa, Jabar Berkah akan mampu dicapai dan secara sustain bisa dipertahankan,” ujarnya.

Ning membeberkan, Jabar memang memiliki realisasi investasi tertinggi dibanding propinsi lain dengan nilai investasi 174,58 Trilyun atau sekitar 14,46 % dari total investasi nasional di tahun 2022. Namun terjadi penurunan daya serap tenaga kerja untuk per 1T investasi dibanding beberapa tahun sebelumnya. Hal ini diakibatkan oleh investor masuk ini lebih banyak padat modal dengan tehnologi digital dan otomation

“Seiring waktu memang mau tidak mau Jabar harus bertransformasi ke industri padat modal, digital dan tehnologi tinggi namun untuk saat ini, dengan kualitas pekerja dan pencari kerja dengan background paling tinggi jumlahnya adalah lulusan SD, diikuti SMA/K, SMP, dan Perguruan Tinggi, maka dalam masa transformasi ini, Industri padat karya masih sangat dibutuhkan,” terang Ning.

Industri padat karya sendiri, menurut Ning, memiliki persaingan yang luar biasa. Bukan saja antar negara bahkan antar propinsi, utamanya terkait upah. Dengan melemahnya pasar, dan persaingan ketat, maka buyer memilih produsen dengan biaya termurah atau yang paling kompetitif.

“Di Jabar sendiri, industri-industri padat karya banyak yang adanya di kota atau kabupaten dengan upah yang relatif tinggi. Sehingga, hal tersebut yang memicu banyaknya relokasi ke daerah lain dengan upah yang lebih kompetitif dengan infrastruktur yang juga menunjang sehingga mengurangi biaya produksi, misalnya ke Jateng. Adapun perusahaan yang tidak sanggup bertahan, mereka tutup permanen,” papar Ning.

Beberapa contoh Perusahaan Tutup/Relokasi di tahun 2023 diantaranya PT Dean Shoes Alas Kaki Karawang, PT Besco Indonesia Alas Kaki Karawang, PT Manito World Garment Kab Sukabumi, PT Eins Trend Garment Purwakarta, dan PT Simone Accessary Collection (Cicadas) Garment Bogor.

Atas hal itu, Ning pun berharap pembangunan yang sudah sangat baik dilakukan Presiden di Jabar sekarang, bisa dilakukan pemerataan di daerah yang secara upah masih kompetitif, sehingga pengusaha tidak relokasi keluar Jabar.

“Harapannya para kepala daerah di Jabar paham betul situasi ini sehingga bisa kolaborasi dengan para stakeholders untuk bisa meyakinkan pengusaha tidak relokasi. Kalau ini yang terjadi, pemerintah dirugikan, pekerja dirugikan juga pengusaha menanggung banyak kesulitan. Saya lebih menekankan diciptakannya kondusivitas dunia usaha, termasuk di dalamnya kepastian dan ketaatan hukum terkait pengupahan, misalnya,” harap Ning.

Ning pun berujar, bahwa saat ini pihaknya harus mulai fokus pada pariwisata dan ekonomi kreatif dan UMKM.

“Namun semua butuh proses, dan belum mampu menyerap tenaga kerja yang di layoff oleh industri padat karya, pun fokus pada pengembangan SDM, sehingga nantinya mampu bekerja di sektor industri dengan sistem digital dan tehnologi tinggi, yang sekarang sudah mulai masuk di Jabar,” tukas Ning.

Ning memastikan, Apindo siap membantu pemerintah melakukan mapping kebutuhan SDM di industri-industri yang berinvestasi di Jabar.***