- Advertisement -

Designaction.bdg 2016

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Diterimanya Bandung menjadi anggota Jejaring Kota Kreatif UNESCO dalam bidang Desain sejak 11 Desember 2015 memberikan tantangan baru bagi pembangunan Kota Bandung, yang telah berkomitmen untuk memanfaatkan potensi kreatifnya, terutama dalam bidang desain, untuk meningkatkan kesejahteraan warganya.

dabdg-putih

Hal tersebut memperkuat pencapaian Kota Bandung sebagai Kota Kreatif sebagaimana tertuang dalam Dokumen RPJMD Kota Bandung Tahun 2013-2018 khususnya pada Misi 4 Sasaran 10 yaitu berkembangnya ekonomi kreatif untuk mendukung tercapainya Kota Bandung sebagai Kota Kreatif. “Kekuatan kreativitas Bandung dalam hal ini lebih mengacu pada kemampuan warganya untuk memecahkan masalah, juga dengan memanfaatkan kolaborasi dengan berbagai pihak,” demikian ungkap Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung. Pernyataan ini diperkuat oleh Fiki Satari, ketua tim manajemen dossier Bandung untuk UNESCO Creative Cities Network (UCCN), yang juga Ketua Bandung Creative City Forum (BCCF) dan Ketua Karang Taruna Kota Bandung, “Diterimanya Bandung dalam UCCN untuk bergabung dengan Kota-kota Desain Dunia lain seperti Helsinki, Berlin, Bilbao, St.Etienne, dan lain-lain, menunjukkan bahwa UNESCO menghargai sudut pandang ‘Desain’yang diambil oleh Bandung,” ujarnya, “Yaitu ‘Desain’ yang wujudnya merupakan berbagai upaya menerapkan solusi bagi berbagai persoalan kota, termasuk inovasi dan rekayasa sosial”.

DesignAction.bdg (DA.bdg), sebuah international workshop-conferenceon design thinking yang diselenggarakan tiap tahun di Bandung, merupakan salah satu upaya Pemerintah Kota Bandung dalam melibatkan seluruh pemangku kepentingan kota secara aktif dalam mencari solusi inovatif bagi berbagai permasalahan kota. DA.bdg 2016 ini merupakan kolaborasi ke-4 dengan komunitas dan masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan kota. Sehubungan dengan status Bandung sebagai Kota Desain Dunia ini, DA.bdg kali ini, diselenggarakan di Pendopo Kota Bandung pada tanggal 9-10 Nopember 2016, memilih tema Sensori City. “‘Desain’ dari sudut pandang Bandung dalam UCCN juga menunjukkan daya penginderaan dan deteksi Kota Bandung terhadap kebutuhan dan permasalahannya, melalui beragam aktivitas komunitas dan warganya selama ini,”Tita Larasati, Ketua Komite Ekonomi Kreatif Kota Bandung, juga steering committee DA.bdg 2016, “Dengan mengidentifikasi berbagai proses dan hasil penginderaan skala kota tersebut, DA.bdg kali ini diharapkan dapat menghasilkan strategi dan rencana aksi yang tepat dalam skala akupuntur kota, yang dapat menjadi solusi.” DA.bdg sebelumnya mengangkat tema-tema Urban Mobility (2013),  IdenCity (2014), dan ConnectiCity (2015). “DA.bdg diadakan untuk membahas pola dan cara berpikir melalui desain, dengan mengedepankan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan kota yang akan mengusut kembali pemahaman awal mengenai masalah-masalah yang ada, menyusun ulang gagasan dan solusinya, hingga melakukan simulasi untuk purwarupa yang dihasilkan,” demikian Gilang Nur Rahman, ketua DA.bdg 2016.

Beberapa permasalahan yang diangkat pada DA.bdg 2016 antara lain adalah perancangan program rumah kreatif per kecamatan, penanganan masalah lingkungan dan sosial suatu wilayah, pembentukan kampung kreatif berdasarkan potensi kreatif berbasis seni tradisi, dan sebagainya, yang seluruhnya nanti akan mengedepankan daya kreativitas dan desain dalam pengajuan solusinya, dengan melibatkan langsung warga lokal di wilayah yang dibahas, seperti siswa SMA, camat, Karang Taruna, dan sebagainya. “Karena, bedanya DA.bdg yang keempat ini dengan yang sebelumnya, adalah pada rekomendasi solusi yang dihasilkan nanti, “Fiki Satari menambahkan, “bahwa seluruhnya harus berupa rencana program yang konkrit dan terukur, yang dampaknya dapat secara nyata dilihat dan dirasakan dalam kurun waktu satu tahun ke depan.”

“DA.bdg kali ini seharusnya memperkuat pernyataan ‘Bandung Kota Desain Dunia’dari sudut pandang yang kita ajukan ke UCCN,“Tita Larasati mengharapkan. “Potensi desain dan kreativitas Bandung yang sebenarnya sangat hebat, yang mungkin masih tersembunyi, atau berprestasi di ranah masing-masing, kini seharusnya dapat benar-benar dimanfaatkan secara masif dan terintegrasi dalam konteks skala kepentingan pengembangan Kota Bandung,”pungkasnya.*