BANDUNG, infobdg.com – Ibu selalu ngajarin sebelum makan harus cuci tangan lalu berdoa. Mungkin sepuluh tahun, lima belas belas tahun kedepan, waktu kita udah punya anak, kita bakalan ngajarin anak-anak kita nanti, “Nak, foto dulu makanannya sebelum dimakan,”.
Psikolog asal Amerika, Abraham Maslow mengatakan bahwa manusia memiliki lima kebutuhan utama, salah satunya kebutuhan esteem atau harga diri. Nah, kebutuhan ini bisa dipenuhi oleh update media sosial. Kebutuhan ini dapat terpenuhi bila ada penghargaan dan pujian. Jadi, gak jarang nih kita suka ingin memamerkan sesuatu di media sosial, dari makanan yang kita makan, restoran yang kita datangin, sampai tempat kerja kita sendiri.
Gak ada masalah dengan pamer-memamerkan karena penghargaan merupakan salah satu kebutuhan manusia, namun sewajarnya dan memikirkan dampak di sekeliling kita. Nah, yang lebih bagus bila kita dapat memamerkan prestasi kita, apa yang telah kita lakukan agar orang lain terinspirasi daripada memamerkan harta kita.
Media sosial diibaratkan seperti pisau bermata dua. Bila digunakan dengan bijaksana, selektif dan bertanggung jawab, jejaring sosial dapat bermanfaat. Sebaliknya, bila digunakan dengan tidak bertanggung jawab, media sosial dapat mendatangkan banyak masalah.
Andre, tokoh di film #RepublikTwitter besutan Kuntz Agus pada 2012 menyebutnya sebagai generasi nunduk. Generasi dimana seperti zombi, menunduk terpaku pada gadget/smarthphone tanpa memerhatikan lingkungan sekitar. Udah biasa, ketika ngumpul pada sibuk mainin gadget, ngobrol aja sama kuota.
/tun’duk/ v 2 menghadapkan wajah ke bawah, condong ke depan dan ke bawah (tt kepala): melengkung ke bawah (tt malai padil 2 ki takluk; menyerah kalah : 2 ki patuhl menurut (tt perintah, aturan, dsb) : ki berpikir dalam-dalam;
Takluk? Menyerah kalah? Patuh? Menurut? Pada teknologi? Lebih sering mana? Mengingat nama Tuhan-mu dibandingkan mengingat ‘dimana smartphone’mu?
Jangan jadi #GenerasiMenunduk, Release #1 Edition Creact E-Magazinevisit www.creactmagazine.com
