BANDUNG, infobdgcom – Menyikapi fenomena pandemi Virus Corona atau Covid-19 saat ini, Gereja Katedral Santo Petrus yang berada di Jalan Merdeka, Kota Bandung, masih membuka tempatnya untuk beribadat bagi umatnya.

Seperti diketahui, Wali Kota Bandung, Oded M. Danial sudah mengeluarkan surat edaran dengan Nomor 443/SE.030-Dinkes tertanggal 14 Maret 2020. Dalam poin nomor sembilan disebutkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mengimbau seluruh instansi perkantoran, stasiun kereta api, terminal, jalan raya, pool bus pariwisata, pool travel, bandara, dan tempat ibadah, untuk menerapkan standar kesehatan maksimum serta upaya pencegahan penyebaran Covid-19 sesuai kebijakan instansi masing-masing.

Pihak gereja masih mempersilahkan umatnya untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan porsinya, tindakan yang dilakukan hanya menghimbau umatnya yang sedang sakit agar tidak datang dulu.

Advertisement

“Kami tidak ada kebijakan yang signifikan tentang ini, hanya saja membatasi dengan membangun kesadaran sendiri dari umat yang sedang sakit (batuk, pilek, dan sakit tenggorokan) agar tidak datang dahulu, intinya kami tidak ingin menimbulkan kecemasan atau kepanikan bagi umat itu sendiri,” ujar Amanda, Humas Gereja Katedral Santo Petrus, Rabu (18/3).

Kalau memang seseorang itu sedang sakit tapi masih berada di luar rumah, itu juga dapat berimbas kepada penularan ke masyarakat luas, maka pembatasan yang dilakukan berhubungan dengan kesadaran diri sendiri. Menjaga kebersihan diri sendiri menjadi himbauan selanjutnya, karena ini bisa salah satu upaya pencegahan penyebaran virus tersebut.

“Mencuci tangan sebelum masuk dan keluar gereja. Handsanitizer telah disediakan di banyak sudut Gereja Katerdral jadi sebelum umat masuk ke dalam bisa membersihkan tanganya terlebih dahulu,” tuturnya.

Amanda selanjutnya menjelaskan bahwa ada beberapa poin lagi yang termaktub di dalam 10 poin himbauan bagi umat kristiani yang akan beribadat di Gereja Katedral Santo Petrus.

  1. Umat dapat tetap beribadah di Gereja, namun bagi umat yang sedang menderita sakit pernapasan (batuk, pilek, sakit tenggorokan). disarankan untuk tinggal di rumah dan berobat ke dokter. Demikian juga untuk para petugas liturgi. tidak memaksakan diri untuk turut dalam pelayanan terkait kalau kondisi tubuh sedang tidak sehat.
  2. Diharapkan umat merawat kebersihan tangannya masing-masing. Sanitizer sudah disediakan di beberapa tempat.
  3. Kalau ada yang batuk atau bersin, sebaiknya umat yang bersangkutan menutupnya dengan saputangan atau tisu.
  4. Air suci di pintu masuk Gereja ditiadakan sementara.
  5. Asisten imam akan mencuci/membersihkan tangan sebelum menerimakan komuni.
  6. Penerimaan komuni dianjurkan menggunakan tangan saja.
  7. Ritus “Salam Damai’ cukup dengan mengatupkan tangan sambil menundukan kepala.
  8. Untuk sementara waktu imam dan asisten imam tidak memberi berkat di dahi kepada anak-anak atau mereka yang belum menerima komuni. Pemberian berkat akan dilakukan oleh imam dengan memberikan berkat biasa (gerakan tangan memberi berkat/tanda salib), tanpa menyentuh dahi. Gerakan ini tentu hanya dilakukan oleh imam. Maka kepada umat atau anak-anak yang membutuhkan berkat tersebut, silahkan untuk mengarahkan dirinya kepada imam/pastor.
  9. Pada Upacara Penghormatan Salib dalam IBADAT JUMAT AGUNG hanya ada satu salib yang akan dihormati. Salib akan diarak oleh imam, umat tetap di tempatnya masing-masing. Silahkan umat menghormati salib dengan cara membungkuk atau berlutut.
  10. Kegiatan Bina Iman Anak Katedral, untuk sementara waktu diliburkan (Mulai Minggu, 22 Maret 2020 sampai satu bulan ke depan) dengan memerhatikan perkembangan situasi dan kondisi.

Langkah antisipasi dari pemerintah provinsi atau kota dengan meyemprotkan cairan desinfektan khusus yang kemarin sempat dilakukan di beberapa lokasi belum dilakukan di Gereja Katedral ini.

“Sampai saat ini belum ada rencana kesana, biasanya kita yang minta atau ada tim pemerintahan yang turun langsung. Kita juga belum ada permintaan khusus ke pihak-pihak terkait, yang penting menjaga kebersihan dan tidak sampai, misalnya, habis misa langsung disemprot disinfektan gitu, memang salah satu faktornya kami kekurangan sumber daya, kan petugas-petugasnya juga mengurangi intensitas waktunya ke gereja,” jelasnya.

Koordinasi juga terus dilakukan antar Keuskupan di Indonesia, karena semua uskup tersebut masuk di konferensi wali gereja Indonesia yang terpusat di Jakarta, yang di ketuai oleh bapak keuskupan agung Jakarta yang juga menjadi Kardinal dari Indonesia.

“Tiap keuskupan punya kebijakan masing-masing, hanya saja bapak uskup Bandung memberikan kebebasan atau memberikan keleluasaan himbauan dari masing-masing gereja sesuai dengan kegiatan pastoralnya dan kebijakan paroki nya, jadi pasti ada perbedaan kebijakan antara satu gereja dengan gereja lainnya di kota Bandung,” pungkasnya.

Previous articleMasjid Raya Bandung Keluarkan Maklumat, Sementara Tak Selenggarakan Shalat Berjamaah
Next articlePastikan Stok Sembako Aman, Ridwan Kamil: Belanja Sewajar dan Secukupnya