- Advertisement -

Film Dokumenter : Salam dari Anak-Anak Tergenang

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Pembangunan Waduk Jatigede yang puluhan tahun jadi sengketa akhirnya diresmikan akhir Agustus kemarin oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pembangunan waduk ini sempat terkatung-katung dan jadi sengketa yang  perencanaannya sejak tahun 1963.

Pembangunan proyek ini  menenggelamkan 5 kecamatan dan 30 desa, menggusur sebanyak 70.000 jiwa penduduknya, menenggelamkan areal seluas 6.783 ha dengan 1200 ha hutan milik Perhutani, menenggelamkan puluhan situs sejarah, dan letak proyek ini rawan gempa.

POSTER  SALAM DARI ANAK_ANAK TERGENANG

Waduk Jatigede memiliki empat manfaat yaitu irigasi 90 ribu hektare, air baku 3.500 liter untuk wilayah Cirebon dan Indramayu, PLTA 110 Megawatt dan pengendalian banjir seluas 14 ribu hektare.

Diantara perdebatan Bendungan Waduk Jati Gede dari berbagai pihak. Production house ekstrakurikuler Keluarga Mahasiswa Televisi dan Film Institut Seni Budaya Indonesia (KMTF-ISBI) Bandung, SATU LENSA memroduksi film dokumenter berjudul “Salam dari Anak-Anak Tergenang” (SDAT) yang terinspirasi dampak pembangunan Waduk Jati Gede yang dilandasi dari tiga isu utama yakni psikologi anak, pendidikan dan ekosistem alam.

Film Salam dari Anak-Anak Tergenang diproduksi sejak Januari dan selesai Agustus 2015. Film ini memfokuskan cerita tentang nasib anak-anak yang menjadi korban penggenangan Waduk Jatigede, Sumedang dengan 37 menit.

Bercerita tentang Dilla. Dilla adalah satu dari ribuan anak yang akan kehilangan kampung halamannya, karena pembangunan bendungan  jati gede. Dilla dan anak-anak lain yang terkena dampak pembangunan Bendungan Jatigede akan kehilangan kenangan, harapan, tawa, canda, persahabatan dan mimpi mereka disana.

Kehidupan Dilla dan kawan-kawannya dihantui oleh bayang-bayang bendungan yang akan menenggelamkan kampung halamannya. Namun, mereka berusaha tegar dan menggunakan sisa waktu mereka dengan sebaik-baiknya, untuk belajar, bermain, dan menghabiskan waktu bersama, yang membuat hubungan diantara mereka semakin erat, sebelum nantinya mereka akan terpisah. Melalui film ini mereka mengungkapkan apa yang mereka rasakan, ketakutan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan mereka mencoba untuk memberikan solusi, untuk masalah yang mereka hadapi. Mereka berharap dunia tau, bahwa mereka masih ada dan ingin didengar.

Gala-premiere sekaligus grand-event film ini akan digelar pada 19 November 2015 di Kampus ISBI Bandung. Sebelumnya, pada 19 September akan diputar di Padepokan Sunda Mekar, Desa Situraja Sumedang.