- Advertisement -

Ridwan Kamil Launching Program Injabar Podcast, Pertama Bahas Tentang Isu Budaya Sunda

Berita Lainnya

KAB BANDUNG, infobdg.com – Sebagai aksi dalam menyikapi beragai isu yang berkaitan dengan budaya Sunda dan Jawa Barat, para inohong, sesepuh, akademisi, budayawan Sunda, serta stakeholders lain mengadakan pertemuan pada Selasa (25/1), di Taman Hutan Raya (Tahura), Jalan Ir H Djuanda, Bandung.

Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, dalam program Injabar Podcast, Selasa (25/1)

Pertemuan ini dihadiri langsung oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, seraya me-launching program In-Cast (InJabar Podcast). In-Cast spesial ini mengambil tema  “Saya Sunda, Saya Indonesia”, dan diselenggarakan Institut Pembangunan Jawa Barat (Injabar) dan media Pikiran Rakyat.

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur menyepakati, bahwa momentum kebhinekaan yang dipicu satu peristiwa saat ini harus dirawat oleh semua pihak.

“Kesimpulannya menyepakati agar momentum bersatu ini harus terus dirawat,” ujarnya.

Seperti diketahui, masalah kebhinekaan saat ini tengah menjadi sorotan pasca-ucapan salah seorang anggota DPR yang menyudutkan etnis Sunda. Para inohong Jabar seperti, Popong Otje Djundjunan, Tjetje Padmadinata, Didi Turmudzi, hingga Budi Dalton menyampaikan sikap dan sarannya terkait peristiwa itu.

Kajian dari para budayawan dan inohong tersebut kemudian dititipkan kepada Injabar untuk dijadikan rumusan kebijakan pemerintah.

“Saya titipkan ke Injabar sebagai salah satu forum untuk menguatkan hal tersebut,” ucap Kang Emil, sapaan akrab Gubernur Jabar itu.

Menurut Kang Emil, saat ini masyarakat Indonesia khususnya Jabar harus tetap fokus pada hal yang sifatnya membangun dan tidak terganggu oleh situasi yang mengoyak kebhinekaan.

“Kita tahu selain kejadian Arteria, sekarang ada lagi yang ramai, jangan sampai situasi itu mengoyak kebhinekaan,” ujarnya.

Kang Emil pun menyesalkan kejadian tersebut yang kini tertuju pada etnis Kalimantan. Ia berharap agar bangsa ini tidak banyak membahas hal-hal yang berpotensi mengganggu kebhinekaan. Melainkan harus fokus membangun Indonesia bersama-sama.

“Itu juga sangat disesalkan karena pada dasarnya hidup ini ada pilihan termasuk pilihan kata yang sama argumentasinya namun tidak menyakiti. Tapi kalau dipilih kalimat yang mungkin menjadi multitafsir, menyinggung bangsa kita akan sibuk waktunya membahas hal-hal seperti itu dibanding kemampuan untuk membangun,” ungkap Kang Emil.

Injabar sendiri merupakan lembaga atau wadah pemikir (think tank) yang didirikan oleh Ridwan Kamil yang memfasilitasi implementasi hasil riset sebagai dasar pengambilan keputusan. Injabar yang merupakan perpanjangan tangan dari Universitas Padjadjaran ini dipimpin oleh Profesor Keri Lestari.***