- Advertisement -

Pertempuran Ambarawa Dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya, terdapat peristiwa pertempuran yang tak terlupakan yaitu pertempuran Ambarawa.

Peristiwa ini terjadi antara 20 Oktober sampai 15 Desember 1945 di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Ambarawa adalah sebuah kecamatan di Jawa Tengah.

Letaknya berada di jalan raya yang menghubungkan kota Semarang dan Yogyakarta. Kota kecamatan ini dikelilingi oleh perbukitan. Di tengah kota kecamatan ini pula mengalir dua buah sungai yaitu sungai Panjang dan sungai Pentung.

Pada masanya, Ambarawa menjadi tempat ideal bagi para Belanda dalam segi militer, tempat peristirahatan, perkebunan, dan pertanian. Di Ambarawa pula lah terdapat sebuah benteng Willem I yang difungsikan sebagai tempat pertahanan dan penjara bagi tahanan yang melawan jajahan Belanda.

 

Cikal Bakal Terbentuknya Tentara Republik Indonesia

Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil diikrarkan, terdapat beberapa gerakan yang membawa banyak perubahan berawal dari Ambarawa, diantaranya Komite Nasional Indonesia (KNI) Ambarawa yang diprakarsai oleh tokoh setempat yaitu Wiroreno sekaligus sebagai ketua beserta Abdulmutolib, Utoyo, Marjuki dan masih banyak lainnya di Kawedanan Ambarawa.

Gerakan lainnya adalah Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) yang diketuai oleh Muslimin yang kemudian meluas dan bergerak dalam penangkapan kaum Belanda dan kaum Jepang serta mengambil alih kembali kekuasaan, senjata, persediaan makanan, penguasaan gedung-gedung penting dan sebagainya.

Pada akhir bulan Agustus bersamaan dengan adanya perintah dari pusat Jakarta, lebih tepatnya pada tanggal 22 Agustus untuk membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang anggotanya merupakan gabungan dari anggota PETA (Pembela Tanah Air), Heiho, Keibodan dan lainnya. BKR berdiri dengan diketuai oleh Moh. Hasyim dengan jumlah 70 anggota dan terbagi dalam 3 tempat. Pos 1 berada dibawah pimpinan Sungkono berlokasi di depan Klenteng Ambarawa, Pos 2 berada di depan sekolah MULO dibawah pimpinan Badri. Lalu Pos 3 terletak di Gempol dibawah pimpinan Badrun dan Hardi.

Setelah itu dengan diterbitkannya maklumat pemerintah pada 5 Oktober 1945 BKR berganti menjadi Tentara Keamanan Rakyat disingkat TKR yang bermarkas di Yogyakarta. TKR banyak  disambut oleh kalangan pemuda Indonesia dan berkembang pesat hingga terbentuk 16 divisi yang tersebar di pulau Jawa.

 

Awal Mula Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa terjadi karena pihak serikat yang tidak mampu untuk menghargai kemerdekaan Indonesia. Pada 20 Oktober 1945 tentara sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell hadir di Semarang dalam rangka mengurus tawanan perang. Namun kedatangan sekutu tersebut justru memboncengi NICA yang mempersenjatai tawanan tawanan perang yang ada di penjara Ambarawa dan Magelang. Hal ini pun memicu kemarahan rakyat Indonesia sehingga terpecahlah insiden antara TKR dan tentara gabungan Inggris dan NICA pada 26 Oktober 1945.

Pihak Inggris berupaya menuju Magelang dan Ambarawa untuk membebaskan 10.000 tawanan Indo-Eropa dan Eropa dari wilayah pedalaman Jawa. Insiden pertempuran tersebut sempat terhenti setelah adanya perundingan gencatan senjata antara Soekarno dan Brigjen Bethel pada 2 November 1945. Diperoleh kata sepakat antar kedua belah pihak bahwa sekutu tetap bertanggungjawab atas tugasnya, jalan raya Ambarawa-Magelang terbuka untuk pribumi dan pihak sekutu. Kemudian sekutu tidak mengakui aktivitas NICA.

Namun pertempuran kembali pecah karena pihak sekutu mengingkari janji yang telah disetujui bersama sehingga meletuslah pertempuran 20 November 1945 yang kemudian menjalar ke dalam kota pada 22 November 1945 dan berlangsung hingga 12 Desember 1945.

Bala tentara sekutu melakukan pemboman ke pedalaman Ambarawa untuk mengancam kedudukan TKR. Dengan tidak gentar pihak pribumi melakukan pembalasan untuk mempertahankan wilayah dari sekutu. Sejak itu medan Ambarawa terbagi 4 sektor, yaitu sektor utara, sektor Selatan, sektor Timur dan sektor Barat.

Semangat perlawanan rakyat Ambarawa yang bersatu dengan TKR membuat sekutu kesulitan menaklukkan wilayah tersebut. Ketika itupasukan TKR yang terlibat menghadapi sekutu berjumlah 19 batalyon. Pada 26 November terjadi pertempuran yang menewaskan Kolonel Isdiman yang digantikan oleh Kolonel Soedirman. Sekutu melancarkan aksinya mengancam Ambarawa karena daerah tersebut sangat strategis untuk mencapai Surakarta, Magelang dan Yogyakarta (yang saat itu jadi tempat kedudukan Markas tertinggi TKR).

Selanjutnya pada 11 November 1945, Kolonel Soedirman mengumpulkan para komandan sektor dan menginstruksikan pukulan terakhir bagi sekutu. Pada 5 Desember 1945 pasukan sekutu berhasil diusir dari desa Banyubiru yang saat itu merupakan garis pertahanan terdepan. Kemudian tepat 12 Desember 1945 pasukan berhasil menyerang sekutu di dalam kota. Kekuatan sekutu yang berada di Benteng Willem berhasil dikepung TKR 4 hari 4 malam. Pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran pun berakhir, Indonesia berhasil membuat  kedudukan sekutu terjepit dan mundur dari Ambarawa.

Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya “Monumen Palagan Ambarawa serta diperingati sebagai Hari jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.***

Sumber : www.id.m.wikipedia.org, www.lib.unnes.ac.id, www.kebudayaan.kemdikbud.go.id
Peran Jendera Soedirman dalam Pertempuran Ambarawa Tahun 1945 ; Riyani, Munding (2012)