- Advertisement -

BGST Carita Wargi Bandung: Diganggu “Penghuni” Pabrik

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Kali ini aku akan membawakan cerita tentang pengalaman ayahku yang pernah mengalami kejadian aneh ketika ia bekerja dinas ke luar kota.

Pada saat itu aku masih berumur 5 tahun, ayahku diharuskan untuk melakukan dinas keluar kota untuk memantau dan mengelola sebuah pabrik yang ada di Kota Kuningan. Karena pekerjaanya itu ayah mau tak mau harus meninggalkan aku dan ibuku selama 2 bulan lamanya.

Setibanya ayah di kota tujuannya, ia langsung menuju rumah yang sudah disediakan untuk kerja dinasnya. Rumah tersebut cukup besar dengan dua lantai dan empat kamar. Kondisinya bersih semua perabotan juga lengkap tersedia. Untuk ayahku yang saat itu hanya sendiri, rumah tersebut terasa sangat besar karena rekan kerjanya baru akan menyusul untuk dinas bersama ayahku mulai bulan depan. Untungnya ayahku bukan orang yang penakut soal hal-hal gaib, hari-harinya di rumah itu ia lalui dengan tenang.

Namun hal aneh mulai terjadi ketika ayahku diharuskan untuk kerja lembur. Untuk beberapa hari ia harus pulang larut malam sekitar jam 12 malam, pabrik sedang mempersiapkan pengiriman ekspor dan sedang sibuk-sibuknya. Di suatu malam, sebelum ayah hendak pulang ia sempat menelepon memberi kabar dari kantornya, pada saat itu rekan kerjanya sudah pulang terlebih dahulu, jadi hanya tersisa ayah dan satpam pabrik.

Setelah selesai telepon, ayah berniat untuk pulang melalui pintu depan namun ternyata akses pintu tersebut sudah dikunci jadi terpaksa ia keluar akses pintu belakang. Banyak cerita hal mistis dari para karyawan pabrik mengenai area belakang pabrik, tapi ayah tidak begitu menghiraukan hal tersebut. Rupanya area belakang pabrik memang sedikit kurang penerangan belum lagi ada gedung kosong yang memberi kesan angker. Saat ayahku sedang melewati gedung kosong tersebut, ayah terkejut ketika ia merasakan ada sentuhan dingin di pipi sebelah kirinya. Rasanya sangat nyata, seperti tangan seseorang yang sangat dingin sedang menyentuhnya. Bergidik karena takut ayah pun begegas untuk segera pulang ke rumah dinasnya.

Malamnya ayah tidak dapat tidur dengan pulas, ia bermimpi buruk dan tidur dengan gelisah namun ketika pagi tiba ia tidak ingat mimpi yang telah dialaminya. Paginya ia kembali bersiap untuk bekerja lagi, namun ketika bercermin ayah melihat ada benjolan yang cukup besar di pipi kirinya. Sambil mengamati benjolan tersebut, ayah tidak merasa sedang radang atau sakit gigi bahkan ia merasa sehat. Sungguh tidak masuk akal, namun ayah memutuskan untuk berkunjung ke Puskesmas nanti.

Setiap hari benjolan tersebut tambah membesar, alih-alih memeriksakan benjolan tersebut ayah kepalang sibuk dengan kerjaannya di pabrik. Rekan kerja tampaknya tidak begitu mengkhawatirkan atau memperhatikan kondisi ayahku, karena tidak ada yang menanyakan atau melihat keanehan soal benjolan dipipinya itu. Ayah sempat merasa bingung dan kesal lantaran benjolannya tak kunjung sembuh, hinga tibalah suatu malam dimana ia bermimpi didatangi seorang kakek bepakaian serba putih yang memberitahu untuk membeli sebuah jarum dan menusuk benjolannya itu dengan jarum tersebut dan ayahku akan sembuh.

Pada akhir pekan ayah libur dan memutuskan untuk mencari wartel untuk mengabari ibu. Selesai bertukar kabar, di depan kasir ayah sempat menanyakan apakah wartel tersebut juga menjual jarum jahit, jarum pentul dan sejenisnya karena ia melihat ada alat tulis yang dijual di etalase. Sang pemilik wartel bilang dia tidak menjual jarum, sambil menghela nafas ayahku pun memutuskan untuk pulang saja. Ketika keluar rupanya ada sebuah warung kecil di sebrang jalan, ayah pun memutuskan untuk mengecek siapa tahu ia bisa membeli jarum disana.

Rupanya benar ada jarum di warung tersebut, jarum yang ia dapat cukup besar dan berwarna keemasan, tanpa pikir panjang ayah pun membeli jarum tersebut. Setibanya dirumah ayah berganti baju dan mempersiapkan lap bersih, cermin serta air hangat di baskom untuk mencoba melakukan saran yang ia dapat dari mimpi. Sempat tak yakin namun ia memantapkan diri untuk menusukkan jarum yang sudah ia bersihkan tentunya ke benjolan di pipinya, rasanya sakit ketika jarum itu menembus kulitnya, namun membuahkan hasil, rupanya ada banyak darah kotor yang mengalir dari luka tusukannya itu. Darah terus mengalir hingga mengotori kaos dan butuh beberapa lap basah untuk menyeka dari luka tersebut. Dirasa darahnya sudah berhenti, ayah pun memutuskan untuk membersihkan sisanya di kamar mandi.

Saat kembali dari kamar mandi ayah sangat terkejut ketika melihat barang-barang yang hendak ia bereskan seperti lap yang sudah banyak menyerap darah dan air di baskom yang seharusnya juga sudah keruh, ia dapati tampak bersih tanpa jejak darah seolah semuanya masih baru dan belum dipakai. Ayah mengamati betul lap yang ia pegang seharusnya kotor, malah sangat bersih. Bingung, ia pun mencari keberadaan si jarum yang seharusnya ada di atas meja, namun tak bisa ia temukan dimanapun dan ayah ingat jelas jarum itu tidak dibawa ke kamar mandi.

Keesokan harinya, seperti biasa ayah pergi ke wartel untuk mengabari ibu. Saat mengantri di kasir untuk membayar mata ayah sempat tertuju ke seberang jalan dimana ada warung tempat ia membeli jarum kini sudah tak ada. Ketika gilirannya ayah pun bertanya “Pak warung yang disebrang kemana ya?” ucap ayah. “Seingat saya memang tidak ada warung pak disekitaran sini. Malah saya mau tanya kemarin bapak nyebrang ke arah kebon untuk apa pak?” balas sang penjaga kasir sama-sama bingung. Setelah dilihat lagi memang benar, hanya ada kebon di sebrang jalan itu.

Rentetan kejadian aneh itu selalu menjadi misteri yang cukup menakutkan untuk ayah, namun semua terjawab ketika ayah berkunjung ke rumah pak RT untuk sekedar mengobrol termasuk menceritakan pengalaman mistis yang ia alami. Pak RT hanya tersenyum dan mengangguk seolah mengetahui sesuatu. “Pak sebenarnya itu ulah salah satu ‘penghuni’ yang ada di pabrik, penasaran katanya ingin berkenalan sama orang jauh.” ucap pak RT. Ayah merinding ketika mendengar penjelasan dari pak RT tersebut “Oh pantesan kata para karyawan memang angker ya di area belakang pabrik itu.” Balas ayahku yang baru menyadari kebenaran dari desas desus yang ia tau. “Memang agak beda pak di situ, soalnya ada ‘kerajaannya’ mereka juga di situ.” Pak RT menambahkan.

Story by : Astrid