- Advertisement -

Harga Komoditi Sayur di Kota Bandung Alami Penurunan

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Sepanjang Agustus 2020, harga sayur mayur di pasar tradisional Kota Bandung mengalami penurunan.

Penurunan harga yang paling mencolok adalah komoditi cabe merah tanjung dan cabe rawit merah. Ditegaskan Kepala Bidang Distribusi Perdagangan dan Pengembangan E-Commerce Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, Meiwan Kartiwa, bahwa pada minggu awal Agustus 2020 lalu, harga cabai merah tanjung masih di atas Rp 40 Ribuan/kg. Sedangkan harga cabai rawit merah di kisaran Rp 36.000-38.000/kg.

Namun, memasuki minggu-minggu akhir bulan Agustus, harga dari kedua komoditi tersebut turun hampir setengahnya.

“Masuk minggu ketiga dan keempat Agustus, cabe merah tanjung turun di kisaran Rp 26 Ribuan/kg. Cabe rawit merah juga turun menjadi Rp 27 Ribuan per kg di minggu ketiga Agustus dan masih stabil sampai sekarang,” ungkap Meiwan, di Balai Kota Bandung, Jumat (4/9).

Ia menuturkan, penurunan harga juga terjadi pada jenis sayur mayur lainnya, walaupun tidak sampai anjlok seperti harga cabai merah tanjung dan cabai rawit merah.

Saat ini, komoditi tomat berada di kisaran Rp 8000an/kg. Padahal, harga normalnya Rp 15 Ribuan/kg. Harga kentang saat ini berkisar Rp 14-15 Ribuan/kg, dari normalnya Rp 18 Ribuan/kg.

Sedangkan, wortel yang biasanya Rp 20 Ribuan/kg, kini menjadi Rp 10-12 Ribuan/kg. Timun yang biasanya Rp 12 Ribuan per kg, menjadi Rp 7-8 Ribu/kg.

“Harga kol juga turun,” tukas Meiwan.

Kisaran harga tersebut merupakan hasil pemantauan di delapan pasar tradisional di Kota Bandung. Diantaranya Pasar Sederhana, Kiaracondong, Kosambi, Ancol, Palasari, Cihaurgeulis, dan Pasar Baru.

“Untuk komoditas lainnya seperti beras, cabe, bawang, daging, minyak goreng, telur, gula tepung, dan ikan cenderung relatif masih stabil. Sekali pun ada fluktuasi harga masih tidak terlalu jauh,” ujarnya.

Meiwan mengungkapkan, penurunan harga sayuran diduga akibat stok barang yang cukup banyak, lantaran sudah memasuki masa panen. Di sisi lain, daya beli masyarakat masih belum begitu tinggi.

“Daya beli masyarakat itu sekarang masih menahan dan tidak jor-joran karena masih pandemi. Tetapi sayur mayur juga suplainya melimpah karena masuk masa panen. Itu yang menyebabkan harga menurun,” bebernya.

“Bahkan, ada beberapa petani yang membiarkan hasil panennya daripada dijual tetapi ongkos angkut dan sebagainya juga lebih mahal,” lanjut dia.

Selain itu, Meiwan pun menuturkan, bahwa di tengah pandemi Covid-19 ini setidaknya turut mempengaruhi pola belanja langsung ke pasar ataupun kebutuhan bahan baku dari sektor penjualan kuliner.

“Mungkin sekarang juga tidak semua rumah makan, hotel atau penjual lainnya belum normal. Jadi pembeliannya masih belum banyak,” tandas Meiwan.