- Advertisement -

Kesal Jalan Rusak Tak Kunjung Diperbaiki, Warga Cikalongwetan Bandung Berpatungan Untuk Cor Jalan

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Kesal lantaran jalan rusak tak kunjung diperbaiki, warga turun tangan langsung untuk  mengecor jalan di Kampung Cisomanghilir, RT/RW 2, Desa Tenjolaut, Cikalongwetan, Kab. Bandung Barat.

Lambatnya penanganan jalan rusak tersebut membuat warga lebih memilih untuk berpatungan mengumpulkan biaya pengecoran. Rasa kekesalan juga dicurahkah oleh para warga dengan memasang spanduk bertuliskan, “Perbaikan Jalan Ini Hasil Swadaya Masyarakat Kampung Cisomanghilir Desa Tenjolaut”. Tulisan itu disertai tagar #Bukanhasilpajakrakyat dan #CSHngahiji di lokasi itu.

Menurut pernyataan Adang (53), warga Cisomanghilir, perbaikan itu dilakukan karena kerusakan jalan sudah mengkhawatirkan. Jika hujan, anak-anak sekolah yang melintasi jalan itu terkadang harus mendorong sepeda motornya karena jalan licin.

Seorang warga asal Desa Puteran, tutur Adang, bahkan membawa martil kala melewati jalan itu. “Batu dihandapna digebugan supados rata (Batu-batu di jalan dipukul-pukul supaya rata dan bisa dilewati),” ungkap Adang di Cisomanghilir, Minggu, (17/12/2023) sore. Akibat dari kerusakan akses tersbut, banyak pula kejadian warga yang melintas terjatuh dari motornya, terlebih hal tersebut seringkali terjadi di saat hujan.

Warga yang membawa barang belanjaan juga mengalami kerugian ekonomi. Soalnya, belanjaan berupa telur yang akan dibawa ke warungnya justru pecah karena dirinya terjatuh di jalan tersebut. Warga kemudian mengadukan persoalan tersebut ke para tokoh masyarakat. Hasilnya, gerakan urunan atau menyumbang uang hingga bahan material untuk mengecor jalan muncul. ‎”Nu ngiring urunan sekitar 200 KK di RW 2 (yang ikut patungan sekitar 200 kepala keluarga dari RW 2),” ungkap Adang.

Ia menyatakan, patungan tersebut sifatnya sukarela alias tak memaksa. Tak cuma uang dan bahan material, warga juga bergotong-royong mengerjakan serta menyediakan makanan dalam proses perbaikan perlintasan.

Saat ini, panjang jalan yang sudah diperbaiki baru mencapai 40 meter dan badan akses masih separuh. Sementara dana swadaya warga yang dipakai untuk perbaikan mencapai 6-7 juta. “Ayeuna ngempelkeun deui (Sekarang warga kembali patungan),” tuturnya.‎

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memperbaiki setengah bagian dari jalan yang belum selesai dicor. Menurut informasi, panjang total jalan yang rusak mencapai sekitar 5 kilometer. Proses perbaikan akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan keinginan masyarakat yang ingin ikut serta mendukung usaha perbaikan tersebut.

Pengelolaan pengumpulan dana dilakukan oleh ketua RT dan RW, dibantu oleh BPD dan kepala dusun. Menurut Adang, kerusakan jalan sudah terjadi selama hampir tujuh tahun. Jalan tersebut sangat penting untuk kegiatan pendidikan dan pekerjaan masyarakat. Meskipun ada jalan lain, namun akses tersebut memiliki jarak yang lebih jauh.

Pendapat yang serupa juga disampaikan oleh Ahmad Chandra (30), warga Cisomang Hilir. Ia menekankan bahwa masalah status jalan merupakan tanggung jawab desa, dan alasan bahwa Kabupaten tidak memiliki kewenangan bukanlah alasan bagi pemerintah untuk mengabaikan tanggung jawab mereka dalam memperbaiki jalan tersebut. 

 “Pada prinsipnya, kumaha carana supados jalan sae (bagaimana caranya supaya jalan itu diperbaiki), terlepas memakai dana desa, dana apresiasi, pokir,” pungkas Chandra. Ia kembali menegaskan, adanya perbaikan jalan ini sangat penting dalam mendukung roda perekonomian masyarakat.***