- Advertisement -

Melawan Kanker Paru, Berikut Terobosan Terkini dalam Pemantauan dan Penanganan Dini di Indonesia

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Kanker paru-paru menjadi momok serius di Indonesia dengan lonjakan kasus hingga 8,8% dalam beberapa tahun terakhir, menurut Global Burden of Cancer Study. Dari jumlah tersebut, 34.783 kasus terjadi pada tahun 2020, menunjukkan kenaikan angka kematian sebesar 18% dibandingkan dengan 2018.

Prevalensi merokok yang tinggi, dengan lebih dari 70% pria Indonesia terlibat, menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya kasus kanker paru. Angka tersebut semakin memprihatinkan dengan adanya 69 juta perokok aktif di Indonesia, termasuk 9,1% di antaranya adalah anak usia 10-18 tahun.

Dr. Wong Siew Wei, Konsultan Senior dan Onkologi Medis di Parkway Cancer Centre Singapura, menekankan pentingnya pemeriksaan dini dalam menangani kanker paru. Sayangnya, di Indonesia, belum ada program pemeriksaan kanker paru yang didukung pemerintah, meskipun Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014 telah sedikit memperbaiki akses kesehatan.

“Karena memang jumlah perokok meningkat, jumlah perokok muda juga meningkat, belum lagi dari paparan lain, asap rumah tangga juga beresiko, jadi itu mengapa kasus kanker paru di Indonesia meningkat,” bener dr. Wong, di Bandung, Sabtu (27/4).

Faktor risiko lainnya termasuk paparan polusi udara, seperti diesel dan batu bara, serta riwayat keluarga dan penyakit paru-paru lainnya seperti PPOK dan TBC.

Untuk mengatasi tantangan ini, ada beberapa metode pengobatan yang tersedia, mulai dari pembedahan minimal invasif hingga radioterapi modulasi intensitas.

“Terapi bertarget, imunoterapi, dan konjugat antibodi-obat juga menjadi pilihan terbaru dalam menghadapi kanker paru,” ungkap dr. Wong.

Meski demikian, keterbatasan infrastruktur untuk diagnosis dan pengobatan, terutama di wilayah timur Indonesia, masih menjadi hambatan utama.

“Perlu adanya langkah konkret dari pemerintah dan sektor kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini dan memberikan akses yang lebih luas terhadap layanan kesehatan yang berkualitas dalam penanggulangan kanker paru,” tutup dr. Wong.***