BANDUNG, infobdg.com – Menurut Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Bandung, jumlah pengangguran di kota tersebut mencapai 116 ribu orang atau sekitar 8,8 persen hingga akhir tahun 2023. Dari jumlah tersebut, sekitar 40 persen berasal dari lulusan SMA dan SMK, yang mayoritas merupakan generasi Z.
Dilansir dari rejabar.republika.co.id, Kepala Disnaker Kota Bandung, Andri Darusman, menjelaskan bahwa angka pengangguran di kota tersebut mengalami penurunan menjadi 8,8 persen hingga akhir tahun 2023. Namun, angka tersebut belum mencapai level sebelum terjadinya pandemi Covid-19, yang pada saat itu sebesar 8,1 persen.
“Di akhir tahun 2023 kemarin turun menjadi 8,8 persen atau 116 ribu walau belum sama seperti sebelum pandemi (8,1 persen),” jawab Andri, Kamis (30/5/2024).
Selama masa pandemi Covid-19, disampaikan bahwa tingkat pengangguran meningkat menjadi 11,46 persen. Namun, seiring berakhirnya pandemi tersebut, jumlah pengangguran terus mengalami penurunan.
Andri mengungkapkan bahwa sebanyak 40 persen dari jumlah pengangguran berasal dari lulusan SMA, SMK, dan setara yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Sedangkan sisanya berasal dari lulusan S1, S2, dan individu yang bukan merupakan fresh graduate dan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan.
Untuk mereka yang menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan, program padat karya telah diperkenalkan. Selain itu, berbagai program telah digulirkan untuk menekan angka pengangguran, seperti 400 pelatihan kewirausahaan dan program magang dalam negeri untuk 13 jenis pekerjaan.
Selain itu, peningkatan keterampilan untuk memulai usaha dianggap sebagai langkah yang mudah. Kegiatan job fair juga dilakukan dua kali dalam setahun, dengan yang akan datang di bulan Juni akan fokus pada lulusan SMA dan SMK yang baru saja lulus.
Sebagai upaya untuk lebih mendekati masyarakat, sebuah program bernama “mobil anjungan tenaga kerja” atau “master” telah diperkenalkan. Mobil tersebut akan menyediakan layanan ketenagakerjaan di berbagai wilayah atau acara populer seperti Car Free Day (CFD) atau di area Braga. Andri menyatakan bahwa target penurunan angka pengangguran yang ditetapkan dalam RPJMD telah tercapai.
Asep Mulyadi, anggota Komisi B DPRD Kota Bandung, menyoroti masalah pengangguran di kalangan generasi Z sebagai suatu krisis yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Ia menekankan bahwa masalah ini timbul terutama karena keterampilan yang dimiliki oleh generasi tersebut tidak sesuai dengan tuntutan pasar.
“Kita menghadapi situasi yang mengkhawatirkan generasi z terancam oleh tingginya tingkat pengangguran,” terangnya.
Masalah ini tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi, tetapi juga memiliki dampak sosial yang memerlukan penanganan yang cepat dan tepat. Asep menegaskan bahwa kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan perlu terus ditingkatkan untuk menciptakan program pelatihan dan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan saat ini.
“Kita harus punya wadah inkubator bisnis yang bisa mewadahi generasi Z agar memiliki skill sesuai kebutuhan pasar kerja,” tegas dia.
Asep juga mendorong pemerintah Kota Bandung untuk meningkatkan investasi yang dapat menghasilkan lapangan kerja baru. Selain itu, perlu diperkuat juga program kewirausahaan untuk generasi muda.