BANDUNG, infobdg.com – Penyakit kelainan tiroid di Indonesia sudah bukan hal yang tabu. Riset menunjukkan, sekitar 2-5% dari total penduduk Indonesia divonis menderita gangguan fungsi tiroid.

Mengingat penyakit tiroid cukup berbahaya, dibutuhkan pendekatan multidisiplin untuk memberikan penanganan yang lebih efektif dan efisien, serta mengutamakan patient safety. Oleh karena itu, Kelompok Studi Tiroidologi Indonesia (KSTI) bersama Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) mengadakan Pertemuan Ilmiah Nasional Tiroidologi Indonesia (PINASTI) di Kota Bandung, yang diselenggarakan pada 2-4 Agustus 2019.

Advertisement

PINASTI digelar dalam upaya pembentukkan organisasi baru yang khusus membahas masalah tiroid, di mana anggotanya adalah para dokter dari berbagai disiplin ilmu di Indonesia seperti ahli-ahli dalam bidang endoktrin, kedokteran nuklir, bidang kesehatan anak, bedah onkologi, hingga bedah patologi yang berminat melayani pasien-pasien tiroid.

“Kami membentuk organisasi yang khusus di bidang tiroid saja. Ini ditujukan bagi dokter-dokter yang berminat atau mau melayani pasien-pasien tiroid. Tentunya ini dapat menambah pengetahuan bagi para dokter di Indonesia,” jelas Ketua PERKENI, Ketut Suwastike, ditemui usai rapat PINASTI, Minggu (4/8).

Organisasi khusus tiroid ini diketuai oleh Prof.Dr. Johan S. Masjhur, yang merupakan dokter asal Bandung, spesialis Penyakit Dalam & Kedokteran Nuklir, Konsultan Endokrin, Metabolisme, Tiroid, dan Diabetes.

Prof. Joni mengungkapkan, dengan terbentuknya organisasi khusus tiroid ini, penanganan terhadap pasien kelainan tiroid bisa lebih komprehensif.

“Penanganan kelainan tiroid yang komprehensif mempertimbangkan seluruh faktor dari hulu hingga hilir, sehingga sinergi mulai dari deteksi dini sampai pengobatan lebih tertata dan terkoordinasi dengan baik,” pungkasnya.

Previous articleTiga Kabupaten di Jawa Barat Terkena Dampak Gempa Banten
Next articlePadam Listrik Massal, PLN Perbaiki Secara Bertahap