- Advertisement -

Regenerasi Atlet Akuatik Olimpiade 2032, PRSI Jabar Gelar Turnamen Terbuka di Bandung

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Ribuan atlet akuatic dari 27 kabupaten kota se-Jawa Barat ikut serta dalam gelaran Bandung Open Swimming Tournament 2022 di stadion renang UPI, Kota Bandung.

Foto Muhammad Farhan dan Atlit Akuatik

Kejuaraan ini menghadirkan kelas usia sampai 17 tahun ini. Kehiatan ini pun dinilai jadi cara akurat untuk regenerasi atlet akuatik untuk Olimpiade 2030-2032.

Dikatakan Ketua Harian Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Jawa Barat, M Farhan, langkah regenerasi ini jadi cara terukur untuk mendapat atlet terbaik.

“Semua kelas, semua kelompok usia. Kalau Akuatik itu sebetulnya ada lima cabor khusus untuk renang, kelasnya banyak, kelas 1 sampai kelas 5, semua level. Jadi untuk bisa mendapatkan atlit elit tahun 2030 – 2032, ya mereka inilah,” ujar Farhan, di stadion renang UPI, Kamis (16/6).

PRSI optimis atlet akuatik Jawa Barat yang masuk olimpiade semakin banyak. Farhan menilai, gelaran turnament secara rutin jadi salahsatu strategi jitu proses regenerasi.

“Makanya sekarang kita bikin open tournament untuk perkumpulan seluruh Jawa Barat di kelompok usia dan ini adalah tournament pertama kelompok usia antar perkumpulan di Jawa Barat setelah masa pandemi,” katanya.

Bahkan, dengan masa pandemi yang berlangsung dua tahun mengakibatkan kualitas skill berkurang.

“Kaku sekali, karena selama dua tahun kita tidak bisa bikin tournament, terakhir kita bikin itu babak kualifikasi untuk PON, udah begitu udah, plong nggak ada lagi,” terangnya.

Farhan menilai, strategi yang dilakukan merupakan pendekatan secara statistik. Dalam kejuaraan level Nasional maupun Internasional, ada beberapa cabang olahraga yang didahulukan untuk menang dalam rangka mengamankan perolehan 100 mendali pertama.

“Nah, akuatik, taekwondo, dayung itu termasuk yang diutamakan untuk mendapatkan 100 mendali pertama emas,” beber dia.

“Kalau bibit sekarang adalah sejak masuk kelompok usia 1-5, mereka itu harus dikasih turnament terus, tujuannya apa? supaya ada motivasi latihan, supaya mereka juga merasakan atmosfir kompetisi, atmosfir pertandingan,” lanjutnya.

Farhan menilai, ajang turnamen untuk regenerasi atlet terbaik harus dirutinkan.

“Sejak 2020 belum ada tournament seperti ini lagi, kan turnament seperti ini ijinnya kalau dulu kan engga gampang,” tukas Farhan.

Farhan menjelaskan, tantangan terbesar sebetulnya adalah mengembalikan fitness level para atlet.

“Karena mereka selama dua tahun hanya latihan tapi engga ketahuan buat apa latihannya. Jadi, fitness levelnya bukan fitness level yang siap untuk kompetisi. Makanya agak sulit bagi kita untuk mengembalikan hal itu,” ujar Farhan.

Sementara itu, Pelatih Nasional (Pelatnas) atlet Akuatik dari PRSI Jawa Barat, Donny Budiarto Utomo menjelaskan, rutinitas turnamen untuk mempunyai bibit unggul sangat dibutuhkan. Namun, menurutnya, ada hal utama lainnya yang dibutuhkan para atlet.

“Nutrisi untuk anak-anak ini kan seperti tidak diperhatikan berbeda sama negara-negara luar yang sangat detail sekali ya untuk memperhatikan dari fasilitasnya, mereka engga kesusahan cari tempat latihan,” terangnya.

Tidak hanya itu, skill kepelatihan pun harus terus update agar berdampak dalam meramu program regenerasi atlet.

“Terutama untuk anak-anak kecil itu sangat penting, sering untuk bertanding juga, karena meraka kan untuk bisa meningkatkan pengalaman tanding,” kata dia.

Salah satu peserta yang ikut yaitu Sinulingga dari Bekasi Central Akuatik berharap turnamen ini dirutinkan untuk mematangkan skill dan mental untuk masuk dalam kompetisi tingkat Nasional maupun Internasional.

“Semakin rame ke depannya, penuh, semakin bagus. Target juara saya masuk PON sampai Sea Games,” tutup dia.***