- Advertisement -

BGST Carita Wargi Bandung: Warisan Mistis

Berita Lainnya

CARITA, infobdg.com – Kita terkadang dihadapkan pada situasi yang tak terduga dengan dunia tak kasat mata. Apa yang akan Wargi Bandung lakukan saat secara tidak terduga diberi titipan berupa barang mistis, apakah kalian akan menjaganya atau tidak?

Pamanku memiliki pengalaman mistis pernah dititipkan benda dari sosok gaib. Awal mula kejadian yang dialami oleh pamanku saat ia diharuskan kerja dinas ke luar kota pada awal tahun 2001. Setelah beberapa minggu ia berpindah ke kota bau tempat ia bekerja, ia mengalami kejadian aneh pertama di lokasi kerjanya. Waktu itu sedikit lewat tengah malam, pekerjaanya mengharuskan ia untuk lembur dan menghabiskan waktu mengecek semua barang produksi yang sedang dipersiapkan untuk ekspor keluar negeri. Hanya tersisa beberapa karyawan yang ada besamanya malam itu, karena letih pamanku berjalan keluar , ke area belakang gudang produksi. Lokasi gudang produksi tersebut berada di bagian paling belakang area industri dan menghadap pada lahan kebun kosong yang masih bagian dari area industri.

Sebelumnya memang sudah banyak rumor area kebun tersebut berhawa mistis, namun pamanku bukanlah orang yang penakut. Jadi saat ia sedang beristirahat sejenak di tengah lemburnya ia seringkali pergi ke area belakang gudang tersebut sembari merokok. Tampaknya hari itu bukanlah hari biasa, melainkan hari kelahirannya pada hari Kamis Kliwon. Sembari merokok pamanku sesekali melihat ke arah kebun yang gelap itu, bahkan dengan cahaya bulan pun hanya beberapa siluet dari pohon-pohon besar yang dapat terlihat.

Awalnya hanya biasa saja, namun setelah beberapa saat pamanku seperti melihat sepasang cahaya seperti sedang menatapnya diantara semak kebun tersebut. Memang tidak begitu jelas karena jarak dan keadaan kebun yang sangat gelap, namun pamanku berusaha untuk melihat jelas dan melangkah beberapa meter kedepan. Rupanya sepasang cahaya tersebut adalah sepasang mata dari sebuah mahluk yang masih tersembunyi. Terdiam dalam hening pamanku mendengar suara seperti raungan seekor macan, dan benar saja sosok mahluk tersebut perlahan melangkah ke arah paman, menunjukan dirinya yang berwujud seekor macan putih. Selama beberapa saat paman terus memperhatikan gerak-gerik macan tersebut, takutnya itu memang lah seekor macan sungguhan, walaupun sedikit tidak masuk akal karena lokasi industri ini tidak berdekatan dengan hutan atau alam terbuka.

Sang macan pun hanya berjalan mengitari pamanku dengan jarak hanya beberapa meter saja, lalu tanpa aba-aba macan tersebut mencoba menerkam paman hingga ia terjatuh ke tanah. Kejadiannya begitu cepat, pamanku secara refleks memejamkan mata saat ia terjatuh dengan lengan yang berusaha melindungi kepala dari serangan macan itu, namun ternyata pamanku tidak merasakan sesuatu bahkan kehadiran sang macan pun hilang begitu saja. Paman hanya bisa bingung terduduk di atas tanah.

Kejadian kedua adalah saat pamanku sedang menunggu sebuah angkutan umum yang akan membawanya ke terminal bis. Waktu itu keadaanya masih sore hari, kebetuan paman sedang tidak memakai motor kesayangannya karena ia akan pulang ke rumah kampung halamannya dan hendak menaiki bis malam. Paman menunggu di pinggir sebuah jalan besar, tidak sepi karena ada beberapa motor atau mobil berlalu-lalang, ada juga orang yang sedang berjalan kaki dan tak jauh dari tempat pamanku berdiri ada warung kecil yang menjual minuman dan cemilan gorengan.

Sudah hampir setengah jam rasanya namun akutan umum yang ditunggu tidak kunjung datang, matahari pun sudah mulai turun. Sedikit kesal dan bosan paman menggosok-gosokan alas sepatunya di tanah, lalu tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dan ia pun langsung menoleh. Rupanya ada seorang kakek tua yang ingin menyampaikan sesuatu, kakek tersebut meminta pamanku untuk memberinya air minum. Karena khawatir dan paman sedang tidak membawa air minum, ia meminta sang kakek untuk menunggu sebentar sementara paman pergi ke warung di sana untuk membelikan air mineral.

Setelah menerima air mineral yang diberikan paman, sang kakek tidak langsung meminumnya ia hanya mengepal air tersebut dan berkata ia punya sesuatu sebagai ganti karena sudah memberikan air kepadanya. Sang kakek mengeluarkan sebuah keris yang terbalut kain putih dari tas sederhana yang ia kenakan. Pamanku yang kaget dan bingung berusaha menolak pemberian tersebut namun sang kakek sangat bersikeras karena hanya benda itu yang bisa ia berikan sebagai ucapan terima kasih. Walau merasa tidak enak pada akhirnya paman menerima pemberian sang kakek, lalu kakek itu pun pamit untuk pergi melanjutkan perjalananya. Dari kejauhan pun angkutan yang paman tunggu akan segera lewat dan mereka pun saling berpamitan. Paman memberi isyarat untuk memberhentikan angkutan umum itu, lalu seketika ia tersadar sebelumnya ia berniat memberi sang kakek sedikit uang bekal namun belum sempat memberikannya. Saat paman menoleh mencari sang kakek yang baru beberapa detik saja mereka berpamitan, lagi-lagi sang kakek sudah menghilang entah kemana.

Didalam angkot pamanku termenung mengingat kata-kata sang kakek yang berpesan untuk menjaga keris kesayangannya itu, ia juga meminta paman untuk sesekali memandikan keris tersebut dengan air bunga. Penasaran dengan keris yang masih terbungkus kain putih, pamanku mencoba membuka lilitan kain tersebut dan ia pun menemukan sebuah keris yang memiliki cangkang dengan ukiran yang indah serta dua buah batu akik berwarna merah dan kuning keemasan.