BANDUNG, infobdg.com – Eksistensi peternak ayam lokal di Indonesia dewasa ini semakin mengkhawatirkan. Pasalnya, 70% pasarnya saat ini dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing yang menjalankan bisnis ternaknya di Indonesia.

Sumber: Istimewa

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Wakil Sekjen Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar), Abbi Angkasa Perdana Darmaputra kepada Infobdg, pada Selasa (10/3), di Bandung.

Abbi mengatakan, tahun ini peternak ayam rakyat dan mandiri di Indonesia semakin berkurang, diantaranya banyak pula yang gulung tikar.

Advertisement

“Dulu, peternak rakyat komposisinya sekitar 45-50%, saat ini tinggal 30%. 70% dikuasai perusahaan asing,” beber Abbi.

Kekhawatiran peternak lokal bermula sejak kalahnya Indonesia dalam sengketa World Trade Organization (WTO). Mereka dipaksa menerima impor daging ayam dari Brazil yang Harga Pokok Penjualan (HPP)-nya jauh di bawah ayam lokal.

“Dari masalah itu ternyata ayam lokal masih unggul sebab harga ayam Brazil setelah dipasarkan di Indonesia yang terkena cukai hanya berbeda Rp 1.000-Rp 1.500 dari ayam lokal yang kualitasnya lebih baik,” imbuhnya.

Abi melanjutkan, saat ini peternak diresahkan bukan lagi karena isu impor, tetapi karena keberadaan perusahaan-perusahaan asing yang berbudidaya di Indonesia.

Kehadiran perusahaan asing di bidang budidaya ternak khususnya ayam dinilai mampu menghambat peternak lokal untuk bersaing, sebab ternak ayam yang sampai ke pasar harganya hampir mirip dengan ayam Brazil.

“Mereka makin efisien. Ternyata mereka mampu mencetak HPP yang mirip dengan Brazil, sehingga mereka bisa jualan di harga pasar yang bedanya Rp 2.000-Rp 3.000 dari kita,” ungkap Abbi.

Hal ini pun besar kaitannya dengan pendistribusian pakan ternak berupa jagung. Abbi mengatakan, saat ini pemerintah Indonesia telah menutup keran impor jagung demi menyejahterakan petani jagung.

Namun, permasalahnya ada pada harga jagung lokal yang lebih tinggi. Harga jagung nasional terendah saat ini Rp 4.300/kg, beda 30% dari jagung impor. Menurut Abbi, ditahannya keran impor jagung justru akan semakin menyejahterakan para pengepul jagung, sementara petaninya terpuruk.

Maka dari itu, Abbi berharap pemerintah dapat turun tangan membantu para peternak ayam lokal agar dapat bersaing dengan perusahaan asing yang ada di Indonesia.

Previous articleGOR Saparua, Saksi Bisu Pencinta Musik Cadas di Bandung
Next articleMenolak Ajakan Berhubungan Intim, Seorang Pria Tega Bunuh Istrinya