- Advertisement -

Penambahan Kasus Positif di Bandung Pada Tiga Kelompok Berisiko Tinggi, Dinkes: Bukan Klaster!

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung telah menemukan beberapa kasus positif Covid-19 di tiga kelompok berisiko tinggi, yakni tenaga kesehatan, pedagang pasar, dan ojek. Untuk itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung akan segera melakukan pengetesan secara agresif.

Humas Kota Bandung

Dinkes Kota Bandung telah melakukan pengetesan swab kepada 1.046 pegawai di 30 puskesmas. Hasilnya, sebanyak 27 orang dinyatakan positif Covid-19. Mereka terdiri dari tenaga kesehatan dan pegawai lain termasuk satpam.

“Mereka tidak semua terpapar di tempat kerja, ada juga yang di lingkungan rumahnya. Kebetulan ada satpam yang tetangganya positif Covid-19, confirmed,” ungkap Kepala Dinkes Kota Bandung, Rita Verita, Senin (8/6) malam.

Selain tenaga Kesehatan, kasus juga ditemukan di pasar tradisional. Sebanyak 4 orang pedagang pasar dinyatakan positif terpapar Covid-19.

“Dari 1044 pedagang di 43 pasar, 45 orang reaktif terhadap rapid test. Sudah ditindaklanjuti dengan swab. Hasilnya, empat orang dinyatakan positif,” lanjutnya.

Empat orang tersebut terdiri dari satu orang pedagang Pasar Haur Pancuh, satu orang pedagang Pasar Sadang Serang, dan dua orang Pasar Leuwipanjang. Atas penemuan tersebut, PD Pasar Bermartabat langsung melakukan penutupan di salah satu blok pasar tersebut.

“Saya tanya ke direktur pasar, apa sih kegiatan yang mereka lakukan? Begitu pagi-pagi datang ke pasar, dia di jongko itu saja tidak ke mana-mana karena melayani pembeli. Sehingga tentu saja blok itu saja yang ditutup, karena pasar itu luas,” jelas Rita.

Rencananya, Dinkes Kota Bandung akan menguji sejumlah pedagang pasar yang diduga berinteraksi intensif dengan pasien positif. Saat ini, para pedagang diminta untuk melakukan karantina mandiri.

Sementara itu, pelacakan terhadap ojek masih berlangsung. Hingga saat ini, Dinkes baru mengetes tiga pangkalan ojek di kawasan Jalan Muhamad Ramdan dan depan Puskesmas Pasundan.

“Baru tiga pangkalan. Dari 45 orang, ada dua orang yang rapidnya reaktif. Sudah ditindaklanjuti dengan swab dan sedang menunggu hasil,” kata dia.

Namun, penemuan tersebut bukan berarti ada penambahan klaster. Sebab jumlah kasus tidak signifikan kendati tetap perlu diwaspadai.

“Nggak (bukan klaster). Cuma empat orang kok klaster. Kalau satu pasar semuanya itu klaster,” ujar Rita.

“Tidak ada klaster baru. Apalagi ojol yang ditemukan cuma dua. Tidak bisa disebut klaster. Dan itupun hasil tes rapid, bukan swab,” tegas dia.