- Advertisement -

Pergerakan Tanah di Rongga Bandung Barat: Ratusan Warga Mengungsi, Tim Geologi Dikerahkan

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Dampak bencana pergerakan tanah di Kampung Cigombong, RT 04 RW 13, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB) semakin memburuk. Retakan akibat pergerakan tanah yang terjadi sejak 19 Februari 2024 terus melebar.

Dilansir dari laman resmi ayobandung.com, kondisi ini menyebabkan kerusakan pada bangunan pemukiman, gedung sekolah, dan jalan akses. Retakan telah mencapai lebar sekitar 20-30 sentimeter, mengancam keselamatan warga.

Kepala Desa Cibedug, Engkus Kustendi, mengungkapkan bahwa sebanyak 44 kepala keluarga atau sekitar 130 jiwa penghuni Kampung Cigombong, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk menyelamatkan diri. Hingga saat ini, 10 rumah telah hancur, 1 sekolah dasar mengalami kerusakan, dan 44 rumah lainnya terancam.

“Jadi warga yang terdampak ini sekarang mengungsi ke rumah saudaranya. Kemudian ada juga yang mengungsi ke Masjid Nurul Huda di Kampung Cigombong,” ungkapnya pada Kamis, 29 Februari 2024.

Warga yang telah mengungsi masih enggan untuk kembali ke rumah mereka sesuai dengan himbauan dari BPBD KBB, yang menyarankan untuk tetap tinggal di tempat pengungsian sementara waktu karena ancaman pergerakan tanah yang masih berlangsung.

“Warga masih mengungsi sambil menunggu hasil assessment, apakah bisa kembali ke rumah masing-masing atau ada tindakan lain dalam waktu dekat. Kami memang minta supaya segera ada Badan Geologi meneliti kondisi di sini,” ucap Engkus.

Engkus menyampaikan bahwa dampak lainnya adalah warga mulai menghadapi kesulitan ekonomi karena mereka tidak dapat melakukan aktivitas seperti bertani, berjualan, dan bahkan anak-anak sekolah harus mengungsi ke bangunan MTs.

“Sebagian besar korban terdampak hanya bekerja sebagai serabutan, jadi mereka butuh bantuan. Yang saat ini dibutuhkan itu tentu makanan, karena itu tadi warga jadi nggak bisa bekerja,” jelas Engkus.

Beberapa warga saat ini juga terlibat dalam pembuatan jalan alternatif karena jalan kampung yang biasa dilalui telah ambles dengan kedalaman sekitar 50 sentimeter akibat pergerakan tanah.

“Karena jalan rusak, jadi harus dibikin jalan alternatif. Nah itu kan juga membuat warga nggak bisa bekerja. Ada juga warga yang sekarang lagi sibuk memilah bahan bangunan yang masih bisa dipakai nantinya kalau membangun rumah lagi. Karena kebanyakan rumah yang sekarang rusak parah,” tutup Engkus.