- Advertisement -

Tornado Bandung-Sumedang, Fenomena Langka Pertama di Indonesia Menurut BRIN

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Dr. Erma Yulihastin, seorang peneliti dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, menyatakan tornado yang terjadi di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang merupakan yang pertama kali terjadi di Indonesia.

“Oh iya jelas, ini sudah first time,” ucap Erma melalui sambungan telepon pada Kamis (22/2).

Dilansir dari laman resmi kumparan.com, fenomena angin tersebut biasa disebut sebagai puting beliung. Ini karena tornado selama ini lebih sering terjadi di Amerika, Eropa, dan Australia. Namun, Erma mengklaim bahwa yang terjadi di Bandung-Sumedang bukanlah puting beliung, melainkan tornado.

“Dari analisis visual saja, kita bisa pastikan ini beda nih, ini bukan puting beliung yang biasanya terjadi di wilayah kita, yang sulit dideteksi karena mikro, ini bukan mikro lagi, ini meso. Tornado itu meso,” ungkap Erma.

“Selama ini kan kita hanya mengatakan angin puyuh atau puting beliung karena gak pernah bisa mencapai ambang batas kecepatan angin yang bisa kita katakan tornado level awal atau paling rendah, itu yang pertama dari skala kecepatan,” jelas dia.

Selanjutnya, hal kedua yang perlu dipertimbangkan adalah ukuran radiusnya. Erma menjelaskan bahwa tornado bisa memiliki radius hingga 2 kilometer. Jika radiusnya kurang dari 2 kilometer, itu masih dianggap sebagai tornado mikro dan belum mencapai skala tornado meso.

Kemudian, yang ketiga dan keempat adalah dampak yang dihasilkan serta lamanya peristiwa tersebut berlangsung. Menurut Erma, angin kencang yang biasa terjadi di Indonesia jarang menyebabkan kerusakan besar dan durasinya cenderung singkat.

” Soal durasi, puting beliung di wilayah kita selalu kurang dari 10 menit. Tak ada yang melampaui durasinya 10 menit,” beber dia.

Erma menyatakan bahwa angin kencang di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang telah memenuhi keempat kriteria tersebut. Dia juga menambahkan bahwa fenomena angin kencang tersebut dapat dengan jelas terlihat melalui gambaran satelit awan, yang memperkuat keyakinan bahwa itu adalah tornado.

“Mata badainya terlihat dari satelit awan, ya berarti tornado dong. Karena kalau puting beliung gak bisa terdeteksi dari satelit awan, awannya itu gak kelihatan,” jawab lulusan Geofisika dan Meteorologi ITB ini.

Erma juga menyarankan agar masyarakat lebih waspada ketika memasuki musim hujan. Lebih baik segera mencari tempat perlindungan ketika melihat awan gelap bergerak cepat di langit.

“Intinya harus waspada kalau sudah ada awan gelap dan sebagainya nih, awan itu bergerak dengan cepat, awan mendungnya itu, maka itu bisa dipastikan ada angin kencangnya. Cuma kita tak tau muter atau enggaknya kan, jadi kita sendiri yang harus waspada,” ungkap peneliti yang berbasis di Bandung ini.

Menurut data terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, ada lima kecamatan yang terkena dampak bencana di dua wilayah tersebut, yaitu Kecamatan Jatinangor, Cimanggung, Cileunyi, Rancaekek, dan Cicalengka.

Hadi Rahmat, yang menangani urusan darurat dan logistik di BPBD Jawa Barat, menyatakan bahwa di Kabupaten Sumedang, 13 pabrik dan 10 rumah warga mengalami kerusakan. Di sisi lain, di Kabupaten Bandung, terdapat 4 pabrik dan 87 rumah warga yang rusak. Kerusakan pada rumah warga tersebut bervariasi, mulai dari rusak ringan, sedang, hingga berat.

Lebih lanjut, Hadi melaporkan bahwa 12 orang mengalami luka-luka di Kabupaten Sumedang dan 19 orang terluka di Kabupaten Bandung akibat bencana ini. Mereka yang terluka telah diterbangkan ke RSUD Cicalengka dan RS Kesejahteraan Keluarga (RSKK).