- Advertisement -

BGST Carita Wargi Bandung: Disembunyikan 3 Hari

Berita Lainnya

CARITA, infobdg.com – Masa kecil adalah waktu yang menyenangkan, karena di masa itulah hari-hari kita dipenuhi permainan. Aku tinggal di sebuah Desa di Bandung, tepatnya di daerah Kabupaten Bandung. Saat tinggal di sana aku pernah mengalami hal menyeramkan.

Aku tinggal di sana sejak lahir, aku mempunyai banyak teman, melakukan banyak permainan yang saat itu belum ada gagdet sama sekali.

Banyak permainan yang kulakukan di masa kecil. Seperti halnya anak kecil di perkampungan lainnya, kita bermain di sebuah lapangan dan melakukan banyak hal. Salah satu permainan yang sering kulakukan adalah bermain layangan.

Saat kecil aku suka sekali bermain layangan dan tentu sering mencari layangan putus. Sampai-sampai aku harus mencarinya ke perkebunan bahkan ke sungai. Tidak pernah ada rasa takut karena yang namanya anak kecil pasti yang dipikirkannya adalah kesenangan.

Dulu untuk bermain layangan aku jarang membeli karena aku selalu dimarahi Ibuku. Alasannya sayang jika menghabiskan uang untuk membeli layangan, jadi aku memutuskan untuk menunggu layangan yang putus dari adu layangan teman-teman lainnya.

Suatu waktu aku bermain layangan terlalu sore, waktu itu sekitar jam setengah 5. Saat itu layanganku kalah adu dengan yang lain. Aku yang tidak mau kehilangan layanganku langsung mengejarnya. Layangan itu terbang ke sebuah kebun yang di mana kebun itu mengarah ke sebuah sungai yang di dekatnya ada kebun bambu milik salah satu warga di sana.

Aku berlari cepat karena tidak mau ada yang mendahului meskipun aku tau yang lain sudah tidak banyak yang memburu karena sudah terlalu sore.

Saat aku mengejar layangan itu, aku tidak sadar sudah sampai mana aku berlari. Melewati kebun, turun ke dekat sungai, sampai melewati sebrang sungai dengan berjalan di sisinya.

Pada akhirnya aku bisa mendapatkan layangan itu yang menyangkut di duri-duri pohon salak. Aku tidak sadar kalo aku sudah berlari cukup jauh. Aku lalu pergi pulang kembali ke rumah.

Disaat aku beranjak pergi, ada seorang bapak warga kampung sebelah yang berteriak “gera balik ujang geus sareupna”. Bapak itu berteriak untuk menyuruhku pulang karena hari sudah mau gelap. Aku pun menjawabnya “muhun pak, ieu bade uih”.

Aku sudah merasa cukup capek karena sebelumnya berlari tanpa henti. Aku berjalan menyusuri sisi sungai, melewati sawah dan kebun. Aku sangat ingat percis jalan pulang karena daerah itu memang sering kudatangi.

Aku berjalan melewati banyak kebun. Namun, setelah beberapa lama aku berjalan aku baru sadar kalau aku tidak menemukan jalan setapak yang menghubungkan ke arah jalan rumahku. Padahal aku berada di kebun warga yang selalu aku lewati.

Aku berkeliling mencari jalan keluar dari tempat itu. Aku pun sesekali berteriak “Mamah.. mamah..”

Dengan perasaan takut aku tetap berjalan, sedikit menangis karena takut aku terus berteriak memanggil ibuku. Langit sudah gelap tapi aku belum bisa menemukan jalan pulang.

Beberapa lama aku melihat sedikit cahaya lampu, aku langsung menghampiri cahaya itu. Semakin aku berjalan rasanya cahaya itu makin menjauh. Aku memutuskan untuk berlari karena takut. Aku berlari entah kemana, hanya menangis dan memanggil ibuku yang kulakukan.

Sampai akhirnya aku menangis kencang. Aku diam sambil menutup muka dan menangis karena takut. Di setiap sisi sangat gelap, hanya cahaya bulan yang menerangi malam itu.

Kejadian lain terjadi, ada suara seperti bapak-bapak menegurku “kunaon ujang?”

Aku kaget! Dan aku senang karena ada orang ternyata di kebun. Aku pikir itu adalah orang yang pulang memancing dari sungai. Aku membukan tanganku dari muka yang ditutup. Namun saat aku mencari asal suara itu, aku tidak melihat siapapun. Sontak aku langsung menangis semakin kencang ditambah dengan terus memanggil ibuku.

Saat tangisku semakin kencang suara bapak itu terdengar lagi “jep ujang tong ceurik, hayu urang uih”.

Bapak itu menenangkanku dan mengajakku pulang. Setelah aku mendengar suara itu kembali, aku melihat sosok bapak dengan menggunakan baju hitam seperti pangsi, menggunakan iket kepala dan seperti menyelempang sesuatu tapi tidak jelas karena di kebun gelap dan aku masih menangis.

Aku berjalan mengikuti bapak itu, dengan sambil menangis aku terus mengikuti berjalan. Bapak itu sambil berjalan berbicara “atos ujang tong ceurik, hayu uih hayu tong sieun”.

Aku terus berjalan sampai akhirnya terlihat banyak cahaya lampu rumah. Saat sudah dekat dengan pemukiman bapak itu berkata lagi “jug gera uih, tuh tos caket.. sok ujang sok. Jep tong nangis deui nya”.

Aku menangis sambil mengucap “nuhun paaakkkk”. Aku melihat sekelebat wajah bapak itu, Ia tersenyum dan bilang “sok mangga kasep, tong nangis nya. Sok gera uih”.

Aku pun langsung pergi dan sempat berkata “hayu bapak ngiring ka bumi..” bapak itu pun menjawab “tuh ujang tos diantosan, geuwat uih..”.

Aku langsung berlari sambil menangis, namun aku tetap ingin mengajak si bapak karena supaya bisa bertemu orang tuaku. Namun, saat aku menoleh ke belakang bapak itu sudah tidak ada. Aku sempat mencari dan memanggilnya “Bapak hayu ngiring…” tapi tetap tidak ada. Aku pun memutuskan untuk langsung berlari ke rumah.

Setelah dekat dengan rumah, aku melihat banyak orang. Aku pun langsung menghampiri rumah. Di depan teras bapakku langsung berlari ke arahku dan memelukku. Ia bertanya “Ade teh tos ti mana?”.

Aku yang baru berhenti menangis langsung menangis kembali karena perasaan senang dan shock karena telah melalui kejadian itu. Aku pun langsung di bawa ke dalam rumah. Sesaat setelah itu aku ditanya banyak hal sampai akhirnya ibuku bilang kalau aku sudah 3 hari 3 malam tidak pulang. Aku kaget, karena seingatku hanya beberapa saat. Orang-orang yang datang ke rumah pun penasaran dan bertanya. Tapi karena aku masih shock aku tidak bisa menjawabnya. Beberapa hari setelahnya aku baru bisa bercerita tentang kejadian itu. Termasuk aku menceritakan bertemu dengan seorang bapak yang mengantarkanku. Orang tuaku pun juga bingung siapa bapak itu. Namun pamanku berkata bahwa mungkin itu adalah karuhun atau leluhur keluarga kita yang membantu aku saat itu.

 

Punya cerita menyeramkan? Kirim ceritamu ke bdgpodcast@infobdg.com untuk dimuat dalam halaman artikel CARITA www.infobdg.com dan dibacakan di BGST Podcast.