- Advertisement -

BMKG Prediksi Musim Penghujan di Jabar Sampai Maret 2022, Emil: Waspada Bencana La Nina

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Musim penghujan di Jawa Barat membuat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) khawatir akan ancaman fenomena La Nina.

Fenomena La Nina merupakan fenomena Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya.

Efek dari fenomena La Nina menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan bulanan di Pulau Jawa, dengan akumulasi curah hujan bulanan dapat meningkat hingga 70%.

La Nina juga berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan sebagainya.

Hal ini membuat Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, meminta BMKG untuk ikut aktif dalam memberikan informasi tentang bahaya bencana. Informasi yang dibagikan pun harus lebih kreatif, sehingga mudah dipahami masyarakat.

“Saya usul divisi komunikasi untuk melakukan edukasi dan sosialisasi lewat video animasi dengan rasa krisis. Jadi segala sesuatunya dimulai dulu dari kebahayaan atau kerawanan,” kata Kang Emil, sapaan akrabnya, Rabu (23/21).

Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, berdasarkan data BMKG, hampir semua wilayah di Jabar memasuki musim penghujan.

Menurutnya, musim penghujang tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena ada pengaruh La Nina.

“Analisis perkembangan musim hujan, di sini kita lihat di semua wilayah Jawa Barat, semuanya memasuki musim hujan. Dan yang perlu diperhatikan adanya anomali musim hujan kali ini berbeda dengan dua tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya,” kata Dwikorita.

Menurut Dwikorita, per Desember hingga Maret 2022, Bandung Selatan, sebagian Bandung Raya, dan bagian Bandung Barat berpotensi mengalami peningkatan curah hujan 10-70%.

“Dan nampaknya sampai bulan Maret ini masih perlu ada kewaspadaan meskipun puncaknya di Januari, Februari puncaknya. Maret mulai melemah, namun masih terjadi peningkatan curah hujan di atas 70% dari normalnya,” kata Dwikorita.

Dwikorita menambahkan, BMKG merekomendasikan kepada pemerintah daerah, masyarakat dan pihak-pihak terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana yang berada di wilayah potensi curah hujan tinggi.

Misalnya, menyiapkan dan mengambil langkah-langkah antisipatif terhadap potensi bencana hidrometeorologi.

“Kami pernah berdiskusi dengan Menteri PUPR, memang dalam kondisi saat ini tata kelola air memang perlu diperhatikan dan beliau juga sudah menyampaikan sejak beberapa bulan lalu di awal musim hujan, sudah melakukan pengosongan-pengosongan waduk agar mampu menampung kelebihan curah hujan,” jelas Dwikorita.

“Semoga tidak parah apabila masyarakat sudah siap. Sebetulnya, masyarakat juga ada tanggung jawab secara mandiri,” harapnya.***